Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir 3 September
1961 di Jakarta) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi
salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia ‘memotret’ suasana sosial kehidupan Indonesia
(terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas
perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati
bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau
bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar
Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang
dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi
juga sejumlah pencipta lain.
Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar
Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional
1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP
(Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di
beberapa tabloid olah raga.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum
‘akar rumput’. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang
tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan
mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut
Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini
mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals. Hingga
Masa kecil Iwan
Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab
Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13
tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di
Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen
untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP,
Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah.
Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari
seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat
master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto,
Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, namun album
tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai
pengamen. Album ini sekarang menjadi buruan para kolektor serta fans
fanatik Iwan Fals.
Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival
lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat
direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC
Records, tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu
saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica
Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di
Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda,
misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri.
Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan
mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album
Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan
berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi
setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI,
lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan,
Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan
dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap
dapat memancing kerusuhan. Pada awal karirnya, Iwan Fals banyak membuat
lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu itu bahkan
bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan
rekaman yang memayungi Iwan Fals enggan atau lebih tepatnya tidak berani
memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual bebas.
Belakangan Iwan Fals juga mengakui kalau pada saat itu dia sendiri juga
tidak tertarik untuk memasukkan lagu-lagu ini ke dalam album.[rujukan?]
Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat
diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara
lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam
beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus
berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang
dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas negara.[rujukan?] Beberapa
konser musiknya pada tahun 80-an juga sempat disabotase dengan cara
memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya
karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat
keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara
menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini
pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan
keluarganya sering mendapatkan teror.[rujukan?] Hanya segelintir fans
fanatik Iwan Fals yang masih menyimpan rekaman lagu-lagu ini, dan
sekarang menjadi koleksi yang sangat berharga.
Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI
pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan
Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak
ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang didukung penuh
oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu
sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah
sepanjang sejarah musik Indonesia.[rujukan?]
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan
SWAMI II) berakhir, dan disela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa
dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo
maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama
sebagian mantan personil SWAMI.
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals telah
memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam
setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat
musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun bandnya pada setiap
penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo.
Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada
panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada
logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang
tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.[rujukan?]
Keluarga
Iwan lahir dari Lies (ibu) dan mempunyai ayah tiri Haryoso
(almarhum). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang
Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu
Robbani.
Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun
demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade
mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat
merilis satu album perdana menjelang kematiannya.
Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang
Rambu Anarki pada album Opini, yang bercerita tentang kegelisahan orang
tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan
harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1
Januari 1981).
Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album
dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga
pernah dibuatkan lagu dengan judul Anissa pada tahun 1986. Rencananya
lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik
lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya.
Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian
penata musik masih tertulis kata Anissa.
Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak
yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa
tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa
Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat. Sepeninggal Galang, Iwan
sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri.(
Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian
lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya
terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu
Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan
suaranya.
Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan
Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan seliar dahulu. Lirik-lirik
lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis.[rujukan?] Iwan Fals juga lebih
banyak membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri
maupun dari orang lain.
Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugrahi seorang anak
lelaki yang diberi nama Rayya Rambu Robbani. Kelahiran putra ketiganya
ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak
memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals.[rujukan?]
Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals juga berubah total.
Saat putra pertamanya meninggal dunia Iwan Fals mencukur habis rambut
panjangnya hingga gundul. Sekarang dia berpenampilan lebih bersahaja,
rambut berpotongan rapi disisir juga kumis dan jenggot yang dihilangkan.
Dari sisi pakaian, dia lebih sering menggunakan kemeja yang dimasukkan
pada setiap kesempatan tampil di depan publik, sangat jauh berbeda
dengan penampilannya dahulu yang lebih sering memakai kaus oblong bahkan
bertelanjang dada dengan rambut panjang tidak teratur dan kumis tebal.
Peranan istrinya juga menjadi penting sejak putra pertamanya tiada.
Rossana menjadi manajer pribadi Iwan Fals yang mengatur segala jadwal
kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Fals
lebih profesional dalam berkarir.
.
Blog ini seperti blog lain pada umumnya, terutama tempat berbagi informasi yang semoga bermanfaat. Posting ini hanya sharing belaka. Jika ada kesamaan nama, penulisan, tempat, alur penulisan, kesalahan penulisan, dan menyinggung pembaca. Hal-hal yang lebay, gak penting dan aneh..harap dimaklumi (memang bawaan dari sononya T.T). Terimakasih, Semoga bermanfaat bagi nusa dan bangsa…Amin. =)
Minggu, 30 Desember 2012
Dalam Lirik Lagu Iwan Fals

(Puing – album Iwan Fals Sarjana Muda 1981)
2.“Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”.
(Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Sarjana Muda 1981)
3."Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”.
(Galang Rambu Anarki – album Iwan Fals Opini 1982)
4.“Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”.
(Maaf Cintaku - album Iwan Fals Sugali 1984)
5.“Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”.
(Berkacalah Jakarta - album Iwan Fals Sugali 1984)
6.“Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”.
(Cik - album Iwan Fals Sore Tugu Pancoran 1985)
7.“Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”.
(Entah - album Iwan Fals Ethiopia 1986)
8.“Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”.
(Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album Iwan Fals Ethiopia 1986)
9.“Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”.
(Ya Ya Ya Oh Ya - album Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)
10.“Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”.
(Selamat Tinggal Malam - album Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)
--------------------------------------------------------
11.“Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”.
(Kota - album Iwan Fals Aku Sayang Kamu 1986)
12.“Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”.
(Lancar - album Iwan Fals Lancar 1987)
13.“Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”.
(Surat Buat Wakil Rakyat - album Iwan Fals Wakil Rakyat 1987)
14.“Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”.
(Nak - album Iwan Fals 1910 1988)
15.“Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”.
(Mimpi Yang Terbeli - album Iwan Fals 1910 1988)
16.“Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”.
(Ibu - album Iwan Fals 1910 1988)
17.“Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”.
(Buku Ini Aku Pinjam - album Iwan Fals 1910 1988)
18.“Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”.
(Ada Lagi Yang Mati - album Iwan Fals 1910 1988)
19.“Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”.
(Perempuan Malam - album Iwan Fals Mata Dewa 1989)
20.“Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal”.
(Nona - album Iwan Fals Mata Dewa 1989)
--------------------------------------------------------
21.“Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”.
(Oh Ya! - album Iwan Fals Swami 1989)
22.“Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”.
(Eseks eseks udug udug (Nyanyian Ujung Gang) - album Iwan Fals Swami 1989)
23.“Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”.
(Condet - album Swami 1989)
24.“Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”.
(Bongkar - album Iwan Fals Swami 1989)
25.“Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”.
(Bongkar - album Iwan Fals Swami 1989)
26.“Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”.
(Bongkar - album Iwan Fals Swami 1989)
27.“Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”.
(Rajawali - album Kantata Takwa 1990)
28.“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”.
(Paman Doblang - album Kantata Takwa 1990)
29.“Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”.
(Orang-Orang Kalah - album Kantata Takwa 1990)
30.“Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”.
(Nocturno - album Kantata Takwa 1990)
--------------------------------------------------------
31.“Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”.
(Kesaksian - album Kantata Takwa 1990)
32.“Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”.
(Kantata Takwa - album Kantata Takwa 1990)
33.“Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”.
(Gelisah - album Kantata Takwa 1990)
34.“Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”.
(Air Mata - album Kantata Takwa 1990)
35.“Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”.
(Untuk Bram - album Iwan Fals Cikal 1991)
36.“Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”.
(Pulang Kerja - album Iwan Fals Cikal 1991)
37.“Dimana kehidupan disitulah jawaban”.
(Alam Malam - album Iwan Fals Cikal 1991)
38.“Ada dan tak ada nyatanya ada”.
(Ada - album Iwan Fals Cikal 1991)
39.“Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”.
(Nyanyian Jiwa - album Swami Il 1991)
40.“Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”.
(Hio - album Swami Il 1991)
--------------------------------------------------------
41.“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”.
(Di Mata Air Tidak Ada Air Mata - album Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)
42.“Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”.
(Besar Dan Kecil - album Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)
43.“Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”.
(Aku Disini - album Iwan Fals Belum Ada Judul 1992)
44.“Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”.
(Lagu Satu - album Iwan Fals Hijau 1992)
45.“Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”.
(Lagu Dua - album Iwan Fals Hijau 1992)
46.“Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”.
(Lagu Tiga - album Iwan Fals Hijau 1992)
47.“Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?”
(Lagu Empat- album Iwan Fals Hijau 1992)
48.“Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”.
(Lagu Empat- album Iwan Fals Hijau 1992)
49.“Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”.
(Lagu Lima - album Iwan Fals Hijau 1992)
50.“Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”.
(Karena Kau Bunda Kami - album Dalbo 1993)
--------------------------------------------------------
51.“Apa jadinya jika mulut dilarang bicara?, apa jadinya jika mata dilarang melihat?, apa jadinya jika telinga dilarang mendengar?, jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah”.
(Hura Hura Huru Hara - album Dalbo 1993)
52.“Tertawa itu sehat, menipu itu jahat”.
(Hua Ha Ha - album Dalbo 1993)
53.“Nyanyian duka nyanyian suka, tarian duka tarian suka, apakah ada bedanya?”
(Terminal – single 1994)
54.“Waktu terus bergulir, kita akan pergi dan ditinggal pergi”.
(Satu Satu – album Iwan Fals Orang Gila 1994)
55.“Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan, jangan marah-marah nanti cepat mati, santai sajalah”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Iwan Fals Orang Gila 1994)
56.“Mau insaf susah, desa sudah menjadi kota”.
(Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Iwan Fals Orang Gila 1994)
57.“Pertemuan dan perpisahan, dimana awal akhirnya?, dimana bedanya?”.
(Doa Dalam Sunyi – album Iwan Fals Orang Gila 1994)
58.“Jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”.
(Awang Awang – album Iwan Fals Orang Gila 1994)
59.“Bagaimana bisa mengerti?, sedang kita belum berpikir, bagaimana bisa dianggap diam?, sedang kita belum bicara”.
(Awang Awang – album Iwan Fals Orang Gila 1994)
60.“Aku bukan seperti nyamuk yang menghisap darahmu, aku manusia yang berbuat sesuai aturan dan keinginan”.
(Nasib Nyamuk – album Iwan Fals & Sawung Jabo Anak Wayang 1994)
--------------------------------------------------------
61.“Oh susahnya hidup, urusan hati belum selesai, rumah tetangga digusur raksasa, pengusaha zaman merdeka”.
(Oh – single 1995)
62.“Aku disampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi”.
(Mata Hati – album Iwan Fals Mata Hati 1995)
63.“Sang jari menari jangan berhenti, kupasrahkan diriku digenggaman-Mu”.
(Lagu Pemanjat – album Iwan Fals Lagu Pemanjat 1996)
64.“Lepaslah belenggu ragu yang membelit hati, melangkah dengan pasti menuju gerbang baru”.
(Songsonglah – album Kantata Samsara 1998)
65.“Berani konsekuen pertanda jantan”.
(Nyanyian Preman – album Kantata Samsara 1998)
66.“Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”.
(Langgam Lawu – album Kantata Samsara 1998)
67.“Matinya seorang penyaksi bukan matinya kesaksian”.
(Lagu Buat Penyaksi – album Kantata Samsara 1998)
68.“Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun”.
(Di Ujung Abad - album Iwan Fals Suara Hati 2002)
69.“Jangan goyah percayalah teman perang itu melawan diri sendiri, selamat datang kemerdekaan kalau kita mampu menahan diri”.
(Dendam Damai - album Iwan Fals Suara Hati 2002)
70.“Berdoalah sambil berusaha, agar hidup jadi tak sia-sia”.
(Doa - album Iwan Fals Suara Hati 2002)
--------------------------------------------------------
71.“Harta dunia jadi penggoda, membuat miskin jiwa kita”.
(Seperti Matahari - album Iwan Fals Suara Hati 2002)
72.“Memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi”.
(Seperti Matahari - album Iwan Fals Suara Hati 2002)
73.“Jangan heran korupsi menjadi jadi, habis itulah yang diajarkan”.
(Politik Uang – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
74.“Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung, menyongsong hari esok yang lebih baik”.
(Para Tentara – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
75.“Terhadap yang benar saja sewenang wenang, apalagi yang salah”.
(Mungkin – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
76.“Begitu mudahnya nyawa melayang, padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
77.“Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu?”.
(Matahari Bulan Dan Bintang – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
78.“Urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau”.
(Manusia Setengah Dewa – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
79.“Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung”.
(Desa – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
80.“Tutup lubang gali lubang falsafah hidup jaman sekarang”.
(Dan Orde Paling Baru – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
--------------------------------------------------------
81.“Buktikan buktikan!, kalau hanya omong burung beo pun bisa”.
(Buktikan – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
82.“Dunia politik dunia bintang, dunia hura hura para binatang”.
(Asik Nggak Asik – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
83.“Dewa-dewa kerjanya berpesta, sambil nyogok bangsa manusia”.
(17 Juli 1996 – album Iwan Fals Manusia Setengah Dewa 2004)
84.“Tanam-tanam pohon kehidupan, siram siram sirami dengan sayang, tanam tanam tanam masa depan, benalu-benalu kita bersihkan”.
(Tanam-Tanam Siram-Siram – single 2006 - album Iwan Fals Keseimbangan 2010)
85.“Ada apa gerangan mengapa mesti tergesa gesa, tak bisakah tenang menikmati bulan penuh dan bintang”.
(Haruskah Pergi – 2006 - Iwan Fals & Indra Lesmana)
86.“Persoalan hidup kalau diikuti tak ada habisnya, soal lama pergi soal baru datang”.
(Selancar – 2006 - Iwan Fals & Indra Lesmana)
87.“Jaman berubah perilaku tak berubah, orang berubah tingkah laku tak berubah”.
(Rubah – album Iwan Fals 50:50 2007)
88.“Satu hilang seribu terbilang, patah tumbuh hilang berganti”.
(Pulanglah – album Iwan Fals 50:50 2007)
89.“Hidup ini indah berdua semua mudah, yakinlah melangkah jangan lagi gelisah”.
(KaSaCiMa – album Iwan Fals 50:50 2007)
90.“Tak ada yang lepas dari kematian, tak ada yang bisa sembunyi dari kematian, pasti”.
(Ikan-Ikan – album Iwan Fals 50:50 2007)
--------------------------------------------------------
91.“Ada kamu yang mengatur ini semua tapi rasanya percuma, ada juga yang janjikan indahnya surga tapi neraka terasa”.
(Cemburu – album Iwan Fals 50:50 2007)
92.“Hukum alam berjalan menggilas ludah, hukum Tuhan katakan “Sabar!”.
(Kemarau – uncassette)
93.“Yang pasti hidup ini keras, tabahlah terimalah”.
(Joned – uncassette)
94.“Oh negeriku sayang bangkit kembali, jangan berkecil hati bangkit kembali”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)
95.“Oh yang ditinggalkan tabahlah sayang, ini rahmat dari Tuhan kita juga pasti pulang”.
(Harapan Tak Boleh Mati – uncassette)
96.“Tuhan ampunilah kami, ampuni dosa-dosa kami, ampuni kesombongan kami, ampuni bangsa kami, terimalah disisi-Mu korban bencana ini”.
(Saat Minggu Masih Pagi – uncassette)
97.“Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya, jangan disimpan jangan dipendam, merdekakan jiwa”.
(Nyatakan Saja – uncassette)
98.“Usiamu tak lagi muda untuk terus terusan terjajah, jangan lagi membungkuk bungkuk agar dunia mengakuimu”.
(Merdeka – uncassette)
99.“Kau paksa kami untuk menahan luka ini, sedangkan kau sendiri telah lupa”.
(Luka Lama – uncassette)
100. “Oh Tuhan tolonglah, lindungi kami dari kekhilafan, oh ya Tuhan tolonglah, Ramadhan mengetuk hati orang orang yang gila perang”.
(Selamat Tinggal Ramadhan – uncassette)
Sabtu, 29 Desember 2012
ANJURAN UNTUK TAHLILAN DAN ZIARAH KUBUR. TAK ADA LARANGAN!
Sebenarnya permasalahan ini
merupakan permasalahan yang cukup usang dan sudah lama diperdebatkan. Akan
tetapi dirasa perlu untuk diangkat kembali karena ada pergeseran isu yang cukup
substantive, yaitu dari furu’ menuju ushul. Maksudnya, pada awalnya
permasalahan ini dianggap sebagai permasalahan furu’iyah, sehingga
masing-masing pihak yang berdebat tidak saling mengkafirkan dan mensyirikkan,
dan kemudian berubah menjadi permasalahan ushul, sehingga pihak-pihak yang
tidak setuju terhadap ziarah kubur dan tahlilan mengkafirkan dan mensyirikkan
para pelakunya.
Semua pasti sepakat bahwa syirik dan
kafir adalah hal yang mesti harus dijauhi dan dihindari. Semua muslim dari
manapun kelompok dan organisasinya pasti marah apabila keislaman dan
keimanannya dianggap tercemar dan berlumuran dengan Lumpur kesyirikan dan
kekafiran. Demikian juga halnya dengan kita warga nahdliyin, akan marah dan
jengkel ketika keislaman dan keimanan kita dianggap berlumuran dengan Lumpur
kesyirikan dan kekafiran. Dalam konteks inilah sebenarnya LBM NU cabang Jember
secara intensif melakukan kajian-kajian terhadap tradisi amaliyah nahdliyah dan
melakukan advokasi terhadapnya dengan sebuah keyakinan bahwa para pendiri
Nahdlatul Ulama adalah sosok ulama yang tingkat keislaman, keimanan, keilmuan
dan keikhlasannya tidak perlu diragukan lagu, sehingga dalam menerima dan
melanggengkan amaliyah nahdliyah beliah-beliau pasti selektif dan didasarkan
pada sebuah ilmu, tidak ngawur, serampangan apalagi sembrono. Dengan tingkat
keilmuan dan keikhlasan yang dimiliki pasti beliau-beliau itu lebih takut dosa
dan neraka dibandingkan dengan kita, dan mungkin saja dibandingkan dengan
mereka para penyerang tradisi amaliyah nahdliyah.
Semua permasalahan apabila
dinisbahkan kepada Islam pasti sangat mudah untuk menyelesaikannya. Karena,
semua keputusan hukum di dalam Islam harus selalu ada cantolan dalilnya.
Seseorang tidak dapat memubahkan, mewajibkan, mengharamkan, mensunnahkan dan
memakruhkan sesuatu apabila tidak ada cantolan dalil dan argumentasinya.
Demikian juga halnya dengan para pendukung dan penentang amaliyah tahlilan dan
ziarah kubur harus mendasarkan pandangannnya pada dalil-dalil yang absah, tidak
boleh hanya didasarkan pada logika, hayalan dan lamunan saja.
Tulisan pendek ini mencoba untuk mengurai dasar-dasar argumentatif amaliyah nahdliyah yang biasa kita lakukan khususnya berkaitan dengan tahlil dan ziarah kubur.
Tradisi Tahlilan dan Analisis Argumentasi
Kata “tahlilan” merupakan bentuk masdar dari fi’il madli “hallala” yang berarti mengucapkan لااله الاالله . Dari sisi istilah, kata tahlilan bisa jadi didefinisikan dan digambarkan dengan sebuah bentuk ritual keagamaan yang berbentuk majlis dzikir dengan menggunakan bacaan-bacaan dzikir tertentu dan menghadiahkan pahalanya untuk si mayit. Biasanya majlis dzikir ini diadakan pada waktu malam jum’at atau malam setelah kematian seseorang, atau juga bisa dilaksanakan pada saat haul atau yang lain. Yang jelas, kapan ritual ini harus dilaksanakan dan modelnya bagaimana tidak ada aturan dan ketentuan yang pasti. Bisa jadi antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki teknis dan kaifiyah yang berbeda.
Tulisan pendek ini mencoba untuk mengurai dasar-dasar argumentatif amaliyah nahdliyah yang biasa kita lakukan khususnya berkaitan dengan tahlil dan ziarah kubur.
Tradisi Tahlilan dan Analisis Argumentasi
Kata “tahlilan” merupakan bentuk masdar dari fi’il madli “hallala” yang berarti mengucapkan لااله الاالله . Dari sisi istilah, kata tahlilan bisa jadi didefinisikan dan digambarkan dengan sebuah bentuk ritual keagamaan yang berbentuk majlis dzikir dengan menggunakan bacaan-bacaan dzikir tertentu dan menghadiahkan pahalanya untuk si mayit. Biasanya majlis dzikir ini diadakan pada waktu malam jum’at atau malam setelah kematian seseorang, atau juga bisa dilaksanakan pada saat haul atau yang lain. Yang jelas, kapan ritual ini harus dilaksanakan dan modelnya bagaimana tidak ada aturan dan ketentuan yang pasti. Bisa jadi antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki teknis dan kaifiyah yang berbeda.
Biasanya
sebab dan alasan kenapa tahlilan harus di tolak oleh para penentangnya bermuara
pada argumentasi sebagai berikut :
1. Tahlilan tidak pernah diperintahkan
oleh Rasulullah SAW, karena demikian dianggap bid’ah.
2. Tahlilan merupakan budaya masyarakat
Hindu, karena demikian dianggap tasyabbuh bi al-kuffar
3. Tahlilan dianggap merepotkan dan
memberatkan keluarga mayat, karena di dalam tahlilan pasti selalu ada jamuan
4. Berkumpul untuk melakukan tahlilan
pada saat setelah kematian dianggap “niyahah” (meratap)
5. Di dalam tahlilan pasti ada unsur
tawasul.
Argumentasi-argumentasi para
penentang di atas adalah argumentasi klasik yang sudah ditanggapi berkali-kali.
Akan tetapi, karena sejak awal bersikap tazkiyat al-nafsi (menganggap dirinya
yang paling benar), maka penjelasan yang diberikan tidak berdampak dan
berpengaruh sama sekali. Namun demikian, dalam kesempatan ini akan kita jelaskan
sekali lagi mengenai kesalah-pahaman mereka yang dituduhkan kepada kita.
1. Tahlilan tidak pernah diperintahkan
oleh Rasulullah SAW, karena demikian dianggap bid’ah.
Memang harus diakui bahwa kata
“tahlilan” sebagai sebuah bentuk tradisi seperti yang kita pahami sekarang
tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW, akan tetapi perlu diingat bahwa
substansi tahlilan adalah dzikir berjamaah dan berdoa untuk si mayit. Dzikir
berjamaah dan berdoa untuk si mayit yang muslim supaya mendapatkan pengampunan
dari Allah -tidak diragukan lagi- terlalu banyak penjelasannya di dalam
al-Qur’an dan al-Hadits, diantaranya adalah :
o Dari al-Qur’an
Surat
al-Hasyr : 10
“Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa:
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman
lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Surat Muhammad
: 19
“Maka
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal”.
o Dari al-Hadits
•وعن أبي
سعيد الخدري وأبي هريرة رضي الله عنهما قالا: قال النبي صلى الله عليه وآله وسلم
«لا يقعد قوم يذكرون الله عز وجل إلا حفتهم الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم
السكينة وذكرهم الله فيمن عنده»
Dari Abu Hurairah ra. dari Abu Sa’id ra., keduanya berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada suatu kaum yang duduk dalam suatu majlis untuk dzikir kepada Allah melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi rahmat, di turunkan ketenangan, dan mereka disebut-sebut Allah di hadapan malaikat yang ada disisi-Nya”.
Dari Abu Hurairah ra. dari Abu Sa’id ra., keduanya berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada suatu kaum yang duduk dalam suatu majlis untuk dzikir kepada Allah melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi rahmat, di turunkan ketenangan, dan mereka disebut-sebut Allah di hadapan malaikat yang ada disisi-Nya”.
•وَمِنْ
حَدِيث مُعَاوِيَة رَفَعَهُ أَنَّهُ قَالَ لِجَمَاعَةٍ جَلَسُوا يَذْكُرُونَ
اللَّه تَعَالَى ” أَتَانِي جِبْرِيل فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللَّه يُبَاهِي بِكُمْ
الْمَلَائِكَة ” .
” Dari hadits Mu’awiyah yang dihukumi marfu’, dia berkata “Nabi bersabda untuk para jama’ah yang duduk berdzikir kepada Allah: ” malaikat Jibril datang kepadaku dan menginformasikan bahwa Allah membanggakan kamu kepada malaikat”
” Dari hadits Mu’awiyah yang dihukumi marfu’, dia berkata “Nabi bersabda untuk para jama’ah yang duduk berdzikir kepada Allah: ” malaikat Jibril datang kepadaku dan menginformasikan bahwa Allah membanggakan kamu kepada malaikat”
oDari Logika
إن الجماعة
قوة قال الله تعالى واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا والحجارة لا يستطيع كسرها
إلا الجماعة وقد شبه الله تعالى القلوب القاسية بالحجارة في شدة قساوتها فقال عز
من قائل ثم قست قلوبكم من بعد ذلك فهي كالحجارة أو أشد قسوة فكما أن الحجارة لا
يستطيع كسرها إلا الجماعة فكذلك القلب القاسي يسهل تليينه إذا تساعدت عليه جماعة الذاكرين.
(الموسوعة اليوسفية )
Dari uraian
dan argumentasi di atas dapat dipastikan bahwa substansi tahlilan memliki
cantolan dalil, baik naqliy (al-qur’an dan al-hadits), maupun aqliy.
•Tahlilan
merupakan budaya masyarakat Hindu, karena demikian dianggap tasyabbuh bi
al-kuffar.
Untuk menyimpulkan apakah di dalam tradisi tahlilan terdapat unsur tasyabbuh bi al-kuffar atau tidak, terlebih dahulu kita harus melakukan penelitian secara seksama. Mungkin saja memang ada tradisi kumpul-kumpul di dalam agama lain pada 1,2,3…..,7…,40 hari dan seterusnya setelah hari kematian seseorang. Tampaknya pada titik inilah tradisi tahlilan dianggap tasyabbuh bi al-kuffar. Namun demikian perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya:
Untuk menyimpulkan apakah di dalam tradisi tahlilan terdapat unsur tasyabbuh bi al-kuffar atau tidak, terlebih dahulu kita harus melakukan penelitian secara seksama. Mungkin saja memang ada tradisi kumpul-kumpul di dalam agama lain pada 1,2,3…..,7…,40 hari dan seterusnya setelah hari kematian seseorang. Tampaknya pada titik inilah tradisi tahlilan dianggap tasyabbuh bi al-kuffar. Namun demikian perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya:
o Harus
dipahami bahwa permasalahan ini termasuk dalam wilayah I’tiqadi. Karena
demikian, harus ditegaskan bahwa tidak ada keyakinan sama sekali di dalam hati
warga nahdliyin bahwa tahlilan pada hari pertama kematian, hari kedua, ketiga
dan seterusnya merupakan sebuah kewajiban, juga tidak ada keyakinan bahwa
berdo’a kepada si mayit pada hari pertama, kedua, ketiga dan seterusnya lebih
afdlal dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Tahlilan yang substansinya
adalah berdoa untuk si mayit agar mendapatkan pengampunan dari Allah boleh
dilakukan kapan saja, atau bahkan boleh tidak dilakukan, meskipun biasanya
kegiatan tahlilan ini dilaksanakan pada hari pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya.
Tasyabbuh
boleh dialamatkan kepada warga nahdliyin ketika meyikini bahwa tahlilan wajib
dilaksanakan pada hari-hari dimaksud dan juga meyakini bahwa hari-hari dimaksud
lebih afdlal dibandingkan hari lainnya. Jadi, penentuan hari dan seterusnya
tidak lebih dari sebuah tradisi yang boleh dilakukan dan juga boleh
ditinggalkan, berbeda dengan apa yang diyakini oleh umat Hindu. Tradisi ini
sama persis dengan dengan tradisi memperingati hari-hari besar dalam Islam
(Nuzulul qur’an, halal bi halal, maulid nabi, isra’-mi’raj dan lain sebagainya)
yang boleh dilakukan kapan saja, tidak terbatas pada tanggal-tanggal tertentu.
Peringatan hari besar yang biasanya diisi taushiah dan dzikir hanyalah
merupakan tradisi yang boleh dikerjakan dan juga boleh ditinggalkan.
o Bahwa
sikap warga nahdliyin sebagaimana di atas dapat dilihat dari kitab yang biasa
dijadikan sebagai rujukan oleh mereka, diantaranya di dalam kitab al-fatawa
al-fiqhiyah al-kubro yang berbunyi :
o ( وَسُئِلَ
) أَعَادَ اللَّهُ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِ عَمَّا يُذْبَحُ مِنْ النَّعَمِ
وَيُحْمَلُ مَعَ مِلْحٍ خَلْفَ الْمَيِّتِ إلَى الْمَقْبَرَةِ وَيُتَصَدَّقُ بِهِ
عَلَى الْحَفَّارِينَ فَقَطْ وَعَمَّا يُعْمَلُ يَوْمَ ثَالِثِ مَوْتِهِ مِنْ
تَهْيِئَةِ أَكْلٍ وَإِطْعَامِهِ لِلْفُقَرَاءِ وَغَيْرِهِمْ وَعَمَّا يُعْمَلُ
يَوْمَ السَّابِعِ كَذَلِكَ وَعَمَّا يُعْمَلُ يَوْمَ تَمَامِ الشَّهْرِ مِنْ
الْكَعْكِ وَيُدَارُ بِهِ عَلَى بُيُوتِ النِّسَاءِ اللَّاتِي حَضَرْنَ
الْجِنَازَةَ وَلَمْ يَقْصِدُوا بِذَلِكَ إلَّا مُقْتَضَى عَادَةِ أَهْلِ
الْبَلَدِ حَتَّى إنَّ مَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ صَارَ مَمْقُوتًا عِنْدَهُمْ
خَسِيسًا لَا يَعْبَئُونَ بِهِ وَهَلْ إذَا قَصَدُوا بِذَلِكَ الْعَادَةَ وَالتَّصَدُّقَ
فِي غَيْرِ الْأَخِيرَةِ أَوْ مُجَرَّدَ الْعَادَةِ مَاذَا يَكُونُ الْحُكْمُ
جَوَازٌ وَغَيْرُهُ وَهَلْ يُوَزَّعُ مَا صُرِفَ عَلَى أَنْصِبَاءِ الْوَرَثَةِ
عِنْدَ قِسْمَةِ التَّرِكَةِ وَإِنْ لَمْ يَرْضَ بِهِ بَعْضُهُمْ وَعَنْ
الْمَبِيتِ عِنْدَ أَهْلِ الْمَيِّتِ إلَى مُضِيِّ شَهْرٍ مِنْ مَوْتِهِ لِأَنَّ
ذَلِكَ عِنْدَهُمْ كَالْفَرْضِ مَا حُكْمُهُ .( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ جَمِيعُ
مَا يُفْعَلُ مِمَّا ذُكِرَ فِي السُّؤَالِ مِنْ الْبِدَعِ الْمَذْمُومَةِ لَكِنْ
لَا حُرْمَةَ فِيهِ إلَّا إنْ فُعِلَ شَيْءٌ مِنْهُ لِنَحْوِ نَائِحَةٍ أَوْ
رِثَاءٍ وَمَنْ قَصَدَ بِفِعْلِ شَيْءٍ مِنْهُ دَفْعَ أَلْسِنَةِ الْجُهَّالِ
وَخَوْضِهِمْ فِي عِرْضِهِ بِسَبَبِ التَّرْكِ يُرْجَى أَنْ يُكْتَبَ لَهُ ثَوَابُ
ذَلِكَ أَخْذًا مِنْ أَمْرِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ
فِي الصَّلَاةِ بِوَضْعِ يَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَعَلَّلُوهُ بِصَوْنِ عِرْضِهِ
عَنْ خَوْضِ النَّاسِ فِيهِ لَوْ انْصَرَفَ عَلَى غَيْرِ هَذِهِ الْكَيْفِيَّةِ
وَلَا يَجُوزُ أَنْ يُفْعَلَ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ مِنْ التَّرِكَةِ حَيْثُ كَانَ
فِيهَا مَحْجُورٌ عَلَيْهِ مُطْلَقًا أَوْ كَانُوا كُلُّهُمْ رُشَدَاءَ لَكِنْ
لَمْ يَرْضَ بَعْضُهُمْ بَلْ مَنْ فَعَلَهُ مِنْ مَالِهِ لَمْ يَرْجِعْ بِهِ عَلَى
غَيْرِهِ وَمَنْ فَعَلَهُ مِنْ التَّرِكَةِ غَرِمَ حِصَّةَ غَيْرِهِ الَّذِي لَمْ
يَأْذَنْ فِيهِ إذْنًا صَحِيحًا وَإِذَا كَانَ فِي الْمَبِيتِ عِنْدَ أَهْلِ (
الفتاوى الفقهية الكبرى لأبن حجر الهيتمى )
oوالتصدق عن الميت بوجه شرعي مطلوب ولا يتقيد بكونه فى سبعة ايام او اكثر او اقل وتقييده ببعض الايام من العوائد فقط كما افتى بذلك السيد احمد دحلان وقد جرت عادة الناس بالتصدق عن الميت في ثالث من موته وفى سابع وفي تمام العشرين وفى الاربعين وفى المائة وبعد ذلك يفعل كل سنة حولا في يوم الموت كما افاده شيخنا يوسف السنبلاويني اما الطعام الذي يجتمع عليه الناس ليلة دفن الميت المسمى بالوحشة فهو مكروه مالم يكن من مال الايتام والا فيحرم (نهاية الزين : باب فى الوصية , 281)
oوالتصدق عن الميت بوجه شرعي مطلوب ولا يتقيد بكونه فى سبعة ايام او اكثر او اقل وتقييده ببعض الايام من العوائد فقط كما افتى بذلك السيد احمد دحلان وقد جرت عادة الناس بالتصدق عن الميت في ثالث من موته وفى سابع وفي تمام العشرين وفى الاربعين وفى المائة وبعد ذلك يفعل كل سنة حولا في يوم الموت كما افاده شيخنا يوسف السنبلاويني اما الطعام الذي يجتمع عليه الناس ليلة دفن الميت المسمى بالوحشة فهو مكروه مالم يكن من مال الايتام والا فيحرم (نهاية الزين : باب فى الوصية , 281)
Tradisi yang
berlaku dan berkembang di kalangan nahdliyin adalah : apabila ada seorang
muslim meninggal dunia, maka tetangga dan kerabat yang ada disekitarnya
berbondong-bondong melakukan ta’ziyah, dan dapat dipastikan bahwa pada saat
ta’ziyah kebanyakan dari mereka membawa beras, gula, uang dan lain sebagainya.
Tetangga yang ada di kanan-kiri bau-membau membantu keluarga korban untuk
memasak dan menyijakan jamuan, baik untuk keluarga korban atau untuk para
penta’ziyah yang hadir. Apabila hal ini yang terjadi, apakah ini tidak dapat
dianggap sebagai terjemahan kontekstual dari hadits nabi yang berbunyi :
قال النبي صلى الله عليه و سلم : اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد أتاهم أمر يشغلهم
قال النبي صلى الله عليه و سلم : اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد أتاهم أمر يشغلهم
Hadits di
atas apabila diamalkan secara tekstual justru akan menjadi mubadzir, karena
kalau seandainya semua tetangga yang ta’ziyah membawa makanan yang siap saji,
maka dapat dipastikan akan banyak makanan yang basi. Catatan yang lain lagi
adalah bahwa jamuan yang disajikan di dalam acara tahlilan bukanlah merupakan
tujuan. Tujuan utama para tetangga yang hadir adalah berdo’a untuk si mayit.
Karena demikian, jamuan boleh diadakan dan juga boleh ditiadakan. Bahkan,
banyak dari kalangan kyai yang menjadi tokoh sentral warga nahdliyin memberikan
pemahaman dan anjuran agar jamuan yang ada lebih disederhanakan, dan bahkan
kalau mungkin hanya sekedar suguhan teh saja.
•Berkumpul
untuk melakukan tahlilan pada saat setelah kematian dianggap “niyahah”
(meratap).
Realitas
berkumpul pada saat tahlilan sulit untuk dapat dipahami “hanya sekedar
berkumpul” dalam rangka tenggelam dan larut dalam kesedihan, dimana hal ini
dianggap sebagai illat al-hukmi kenapa berkumpul tersebut dianggap sebagai
niyahah. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab I’anat al-Thalibin, yang berbunyi
كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة ووجه عده من النياحة ما فيه من شدة الاهتمام بأمر الحزن.
كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة ووجه عده من النياحة ما فيه من شدة الاهتمام بأمر الحزن.
Berkumpul
pada malam setelah kematian bukanlah menjadi tujuan. Yang menjadi tujuan adalah
berdzikir dan berdoa untuk si mayit yang sedang mengalami ujian berat
sebagaimana yang ditegaskan didalam kitab Nihayat al-zain, hal : 281 yang
berbunyi :
وروي عن النبي صلى الله عليه وسلم انه قال ما الميت في قبره الا كالغريق المغوث – بفتح الواو المشددة – اى الطالب لان يغاث ينتظردعوة تلحقه من ابنه او اخيه او صديق له فاذا لحقته كانت احب اليه من الدنيا وما فيها
وروي عن النبي صلى الله عليه وسلم انه قال ما الميت في قبره الا كالغريق المغوث – بفتح الواو المشددة – اى الطالب لان يغاث ينتظردعوة تلحقه من ابنه او اخيه او صديق له فاذا لحقته كانت احب اليه من الدنيا وما فيها
Ketika
seorang muslim mendapat musibah (ditinggal mati keluarga, kena gempa, dll),
adalah suatu kesunahan bagi saudara-saudaranya untuk datang takziah kepadanya,
serta menghibur agar bersabar dari cobaan.Tidak ada yang lebih baik dari
menghibur serta meringankan bebannya selain daripada mengajaknya berdzikir,
mengingat Allah, dan berdoa bersama-sama, mendoakan si mayit dan keluarga yg
ditinggalkannya.
Dari uraian
di atas sulit dapat diterima apabila lafadz ” الاجتماع” yang terdapat didalam
hadits nabi diarahkan pada tradisi tahlilan yang isinya adalah berdzikir dan
berdoa, bukan semata-mata berkumpul hanya sekedar tenggelam dan berlarut-larut
dalam kesedihan.
Di dalam
tahlilan pasti ada unsur tawasul.
Sebagai
gambaran awal untuk memetakan tentang konsep tawasul, dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tawasul adalah menjadikan mutawasal bih sebagai wasilah (perantara) dalam rangka berdoa kepada Allah. Berdoa dapat langsung kepada Allah (tanpa tawasul) dan juga dapat menggunakan perantara mutawassal bih. Menggunakan mutawassal bih sebagai perantara bukanlah merupakan sebuah keharusan dalam berdoa.
Mutawassal bih secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tawasul adalah menjadikan mutawasal bih sebagai wasilah (perantara) dalam rangka berdoa kepada Allah. Berdoa dapat langsung kepada Allah (tanpa tawasul) dan juga dapat menggunakan perantara mutawassal bih. Menggunakan mutawassal bih sebagai perantara bukanlah merupakan sebuah keharusan dalam berdoa.
Mutawassal bih secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
o Mutawassal
bih yang berupa al-a’mal al-shalihah.
o Mutawassal
bih yang berupa al-dzawat al-fadlilah. Mutawassal bih yang berupa al-dzawat
al-fadlilah dibagi menjadi dua, yaitu :
o Dengan
nabi Muhammad SAW. Kategori ini diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
- Sebelum
lahirnya nabi (قبل وجوده )
- Pada saat nabi hidup ( فى حياته )
- Setelah nabi wafat (بعد وفاته)
- Pada saat nabi hidup ( فى حياته )
- Setelah nabi wafat (بعد وفاته)
o Dengan
awliya dan shalihin. Kategori ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
- Pada saat mereka masih hidup (في حياتهم)
- Setelah mereka wafat (بعد وفاتهم).
- Pada saat mereka masih hidup (في حياتهم)
- Setelah mereka wafat (بعد وفاتهم).
Tidak
terjadi perbedaan pendapat mengenai diperbolehkannya menggunakan al-a’mal
al-shalihah sebagai mutawassal bih. Hal ini didasarkan pada hadits nabi yang
bercerita tentang tiga orang pemuda yang terjebak di sebuah goa. Hadits
tersebut berbunyi :
حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنِ الزُّهْرِىِّ حَدَّثَنِى سَالِمُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ – رضى الله عنهما – قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ
رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ
فَدَخَلُوهُ ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ
الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ
تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ . فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمُ اللَّهُمَّ
كَانَ لِى أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ ، وَكُنْتُ لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا
أَهْلاً وَلاَ مَالاً ، فَنَأَى بِى فِى طَلَبِ شَىْءٍ يَوْمًا ، فَلَمْ أُرِحْ
عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا
نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً ،
فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ
الْفَجْرُ ، فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ
فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ
هَذِهِ الصَّخْرَةِ ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ » .
قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ
لِى بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَىَّ ، فَأَرَدْتُهَا عَنْ
نَفْسِهَا ، فَامْتَنَعَتْ مِنِّى حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِينَ
، فَجَاءَتْنِى فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ
تُخَلِّىَ بَيْنِى وَبَيْنَ نَفْسِهَا ، فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ
عَلَيْهَا قَالَتْ لاَ أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِّهِ .
فَتَحَرَّجْتُ مِنَ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا ، فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهْىَ أَحَبُّ
النَّاسِ إِلَىَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِى أَعْطَيْتُهَا ، اللَّهُمَّ إِنْ
كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ .
فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ ، غَيْرَ أَنَّهُمْ لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ
مِنْهَا . قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ
إِنِّى اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ ، غَيْرَ رَجُلٍ
وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِى لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ
مِنْهُ الأَمْوَالُ ، فَجَاءَنِى بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ
إِلَىَّ أَجْرِى . فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنَ الإِبِلِ
وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ . فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لاَ
تَسْتَهْزِئْ بِى . فَقُلْتُ إِنِّى لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ . فَأَخَذَهُ كُلَّهُ
فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا ، اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ
ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ . فَانْفَرَجَتِ
الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ » .
Sedangkan
tawassul dengan menggunakan dzawat fadlilah (orang-orang yang keistimewaan di
hadapan Allah, dari kalangan para nabi, awliya dan shalihin) terjadi perbedaan
pendapat yang cukup ekstrim tentang masalah ini. Ada yang membolehkan dan ada
yang melarangnya dan bahkan menganggapnya sebagai sebuah bentuk kesyirikan.
Semua pandangan, baik yang pro maupun yang kontra harus diapresiasi selama
menggunakan dalil, analisa dan argumentasi yang ilmiyah. Sebaliknya, pandangan
yang subyektif, sectarian dan tidak disertai argumentasi yang ilmiyah harus
ditolak dan diluruskan.
Dalil-dalil
yang menguatkan kebolehan tawasul dengan menggunakan dzawat fadlilah adalah :
• Bi al-nabi
:
o Qabla
wujudihi. Hadits nabi yang menguatkan hal ini adalah :
(قال رسول
الله – صلى الله عليه وسلم – : لما اقترف آدم الخطيئة قال : يارب ! أسألك بحق محمد
لما غفرت لي ، فقال الله: ياآدم ! وكيف عرفت محمداً ولم أخلقه ؟ قال : يارب ! لأنك
لما خلقتني بيدك ونفخت فيَّ من روحك رفعت رأسي فرأيت على قوائم العرش مكتوباً لا
إله إلا الله محمد رسول الله ، فعلمت أنك لم تضف إلى اسمك إلا أحب الخلق إليك ،
فقال الله : صدقت يا آدم ، إنه لأحب الخلق إليَّ ، أدعني بحقه فقد غفرت لك ، ولولا
محمد ما خلقتك)) .أخرجه الحاكم في المستدرك وصححه [ج2 ص615] (1) ، ورواه الحافظ
السيوطي في الخصائص النبوية وصححه (2) ، ورواه البيهقي في دلائل النبوة وهو لا
يروي الموضوعات ، كما صرح بذلك في مقدمة كتابه (3) ، وصححه أيضاً القسطلاني
والزرقاني في المواهب اللدنية [ج1 ص62](4) ، والسبكي في شفاء السقام ، قال الحافظ
الهيثمي : رواه الطبراني في الأوسط وفيه من لم أعرفهم (مجمع الزوائد ج8 ص253)
o Fi
hayatihi. Hadits nabi yang menguatkan tentang hal ini adalah :
ائت الميضأة
فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قال اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد – صلى الله
عليه وسلم – نبي الرحمة يامحمد إني أتوجه بك إلى ربك فيجلي لي عن بصري ، اللهم
شفعه فيَّ وشفعني في نفسي ، قال عثمان : فوالله ما تفرقنا ولا طال بنا الحديث حتى
دخل الرجل وكأنه لم يكن به ضر)) ..قال الحاكم : هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه
.وقال الذهبي عن الحديث : أنه صحيح (ج1 ص519) .
o Ba’da wafatihi.
Penjelasan yang menguatkan tentang hal ini adalah :
وليس هذا
خاصاً بحياته – صلى الله عليه وسلم – بل قد استعمل بعض الصحابة هذه الصيغة من
التوسل بعد وفاته – صلى الله عليه وسلم – فقد روى الطبراني هذا الحديث وذكر في
أوله قصة وهي أن رجلاً كان يختلف إلى عثمان بن عفان رضي الله عنه في حاجة له ،
وكان عثمان رضي الله عنه لا يلتفت إليه ولا ينظر في حاجته ، فلقى الرجل عثمان بن
حنيف فشكا ذلك إليه ، فقال له عثمان بن حنيف : ائت الميضأة فتوضأ ثم ائت المسجد
فصل فيه ركعتين ثم قل :اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبينا محمد – صلى الله عليه
وسلم – نبي الرحمة ، يامحمد ! إني أتوجه بك إلى ربك فيقضي حاجتي . وتذكر حاجتك ..
• Bi
al-anbiya wa al-shalihin
o Fi
hayatihim. Hadits nabi yang menguatkan tentang hal ini adalah :
أخرج البخاري
في صحيحه عن أنس أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه – كانوا إذا قحطوا – استسقى
بالعباس بن عبد المطلب فقال : [ اللهم إنا كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا وإنا
نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا ] .
o Ba’da
wafatihim. Hadits nabi yang menguatkan tentang hal ini adalah :
عن أبي سعيد
الخدري رضي الله عنه قال : قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم – : من خرج من بيته
إلى الصلاة ، فقال : اللهم إني أسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاي هذا فإني لم
أخرج أشراً ولا بطراً ولا رياء ولا سمعة ، خرجت اتقاء سخطك وابتغاء مرضاتك ،
فأسألك أن تعيذني من النار ، وأن تغفر لي ذنوبي ، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت ،
أقبل الله بوجهه واستغفر له سبعون ألف ملك .
Uraian di
atas menegaskan bahwa tradisi tahlilan yang dilakukan oleh warga nahdliyin
memiliki dasar, dalil dan argumentasi yang kuat, sehingga tidak patut untuk
disesatkan, disyirikkan atau dibid’ahkan. Menganggap tradisi tahlilan adalah
bid’ah, sesat dan syirik berarti yang bersangkutan kurang memahami konsep dan
dalil agama.
Ziarah Kubur
dan Analisis Argumentasi
Tak
seorangpun dapat menyangkal dan menentang bahwa ziarah kubur merupakan hal yang
disyariatkan di dalam Islam. Namun demikian, masih saja terdapat kelompok orang
yang menentang ziarah kubur dengan berbagai dalih dan alasan yang tentunya
kurang ilmiyah dan sangat emosional.
Ada nasihat
yang sangat menarik yang ditawarkan oleh Imam al-qurthubi di dalam kitab
tafsirnya yang berbunyi :
قال العلماء
: ينبغي لمن أراد علاج قلبه وانقياده بسلاسل القهر إلى طاعة ربه ان يكثر من ذكر
هاذم اللذات ومفرق الجماعات وموتم البنين والبنات ويواظب على مشاهدة المحتضرين
وزيادرة قبور أموات المسلمين فهذه ثلاثة أمور ينبغي لمن قسا قلبه ولزمه ذنبه أن
يستعين بها على دواء دائه ويستصرخ بها على فتن الشيطان وأعوانه فإن انتفع بالإكثار
من ذكر الموت وانجلت به قساوة قلبه فذاك وإن عظم عليه ران قلبه واستحكمت فيه دواعي
الذنب فإن مشاهدة المحتضرين وزيارة قبور أموات المسلمين تبلغ في دفع ذلك ما لا
يبلغه الأول لأن ذكر الموت إخبار للقلب بما إليه المصير وقائم له مقام التخويف
والتحذير وفي مشاهدة من احتضر وزيادة قبر من مات من المسلمين معاينة ومشاهدة فلذلك
كان أبلغ من الأول
Dari
pandangan dan uraian Imam al-Qurtubi di atas, kita akan menganggap wajar dan
bahkan menganggap benar tradisi ziarah kubur yang dilakukan dan digandrungi
oleh kalangan nahdliyin dengan berjamaah ziarah ke makam wali songo dan lain
sebagainya. Karena ziarah kubur merupakan salah satu dari tiga hal yang mujarab
untuk mengobati dan menundukkan kerasnya hati; tiga hal dimaksud adalah :
mengingat mati, menyaksikan orang yang sedang sakaratul maut dan ziarah kubur.
Dari
pandangan ini, maka sebenarnya orang yang berziarah ke makam para wali tidak
hanya berkesempatan untuk bertawasul kepada para awliya dan shalihin, akan
tetapi juga berkesempatan untuk mengobati hatinya sehingga pada akhirnya akan
lebih taat kepada Allah.
Disamping pertimbangan di atas hadits nabi yang menjelaskan tentang dianjurkannya ziarah kubur sangat banyak dan dikeluarkan oleh banyak perawi, sehingga tingkat kemakbulannya tidak dapat diragukan lagi. Hadits-hadits dimaksud diantaranya adalah :
Disamping pertimbangan di atas hadits nabi yang menjelaskan tentang dianjurkannya ziarah kubur sangat banyak dan dikeluarkan oleh banyak perawi, sehingga tingkat kemakbulannya tidak dapat diragukan lagi. Hadits-hadits dimaksud diantaranya adalah :
• حدثنا زبيد
بن الحارث عن محارب بن دثار عن بن بريدة عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم إني كنت نهيتكم عن ثلاث عن زيارة القبور فزوروها ولتزدكم زيارتها خيرا ….
(رواه النسائى )
• و حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب أنبأ محمد بن عبد الله بن عبد الحكم أنبأ ابن وهب أخبرني ابن جريج عن أيوب بن هانىء عن مسروق بن الأجدع عن عبد الله بن مسعود : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إني كنت نهيتكم عن زيارة القبور و أكل لحوم الأضاحي فوق ثلاث و عن نبيذ الأوعية ألا فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا و تذكر الآخرة …. (رواه الحاكم )
• حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَنْبَأَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ هَانِئٍ عَنْ مَسْرُوقِ بْنِ الأَجْدَعِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِى الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الآخِرَةَ ». (رواه ابن ماجه )
• حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَنَزَلْنَا مَنْزِلاً وَنَحْنُ مَعَهُ قَرِيبًا مِنْ أَلْفِ رَاكِبٍ فَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا وَعَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ فَقَامَ إِلَيْهِ عُمَرُ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ فَفَدَاهُ بِالأَبِ وَالأُمِّ وَقَالَ لَهُ : مَا لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ :« إِنِّى اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى اسْتِغْفَارِى لأُمِّى فَلَمْ يَأْذَنْ لِى فَبَكَيْتُ لَهَا رَحْمَةً مِنَ النَّارِ ، وَإِنِّى كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا ، وَكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الأَضَاحِىِّ أَنْ تُمْسِكُوهَا فَوْقَ ثَلاَثٍ فَكُلُوا وَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ ، وَكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ الشُّرْبِ فِى الأَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوا فِى أَىِّ وِعَاءٍ شِئْتُمْ وَلاَ تَشْرَبُوا مُسْكِرًا ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَحْيَى عَنْ زُهَيْرٍ دُونَ قِصَّةِ أُمِّهِ. (رواه البيهقي )
• و حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب أنبأ محمد بن عبد الله بن عبد الحكم أنبأ ابن وهب أخبرني ابن جريج عن أيوب بن هانىء عن مسروق بن الأجدع عن عبد الله بن مسعود : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إني كنت نهيتكم عن زيارة القبور و أكل لحوم الأضاحي فوق ثلاث و عن نبيذ الأوعية ألا فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا و تذكر الآخرة …. (رواه الحاكم )
• حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَنْبَأَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ هَانِئٍ عَنْ مَسْرُوقِ بْنِ الأَجْدَعِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِى الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الآخِرَةَ ». (رواه ابن ماجه )
• حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ عَنْ زُبَيْدٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ : خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَنَزَلْنَا مَنْزِلاً وَنَحْنُ مَعَهُ قَرِيبًا مِنْ أَلْفِ رَاكِبٍ فَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا وَعَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ فَقَامَ إِلَيْهِ عُمَرُ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ فَفَدَاهُ بِالأَبِ وَالأُمِّ وَقَالَ لَهُ : مَا لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ :« إِنِّى اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى اسْتِغْفَارِى لأُمِّى فَلَمْ يَأْذَنْ لِى فَبَكَيْتُ لَهَا رَحْمَةً مِنَ النَّارِ ، وَإِنِّى كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا ، وَكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الأَضَاحِىِّ أَنْ تُمْسِكُوهَا فَوْقَ ثَلاَثٍ فَكُلُوا وَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ ، وَكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ الشُّرْبِ فِى الأَوْعِيَةِ فَاشْرَبُوا فِى أَىِّ وِعَاءٍ شِئْتُمْ وَلاَ تَشْرَبُوا مُسْكِرًا ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنْ يَحْيَى بْنِ يَحْيَى عَنْ زُهَيْرٍ دُونَ قِصَّةِ أُمِّهِ. (رواه البيهقي )
Meskipun
manfaat ziarah kubur sangat besar dan dalil yang menguatkannya juga sangat
banyak, namun masih saja banyak kelompok yang menentang ziarah kubur. Dari
literature yang kita baca yang ditulis oleh para penentang ziarah kubur dapat
disimpulkan bahwa penentangan mereka bermuara pada beberapa alasan diantaranya
adalah :
• Berbagai
kemaksiatan banyak terjadi pada saat ziarah kubur.
• Kesyirikan
banyak dilakukan oleh para peziarah.
Dua alasan
di atas merupakan alasan yang bersifat ‘aridly (insidentil) dan bukan sesuatu
yang pasti terjadi. Karena demikian, sebuah pembahasan akan menjadi bias dan
tidak ilmiyah karena meninggalkan substansi permasalahan yang sebenarnya.
Marilah kita mencoba untuk mengkritisi alasan yang mereka kemukakan.
http://www.aswaja-nu.com/2010/02/tahlilan-dan-ziarah-kubur-larangan-atau_20.html
E.
Sunnahnya membaca Al-quran diatas kubur dan mengirimkan pahalanya untuk mayyit.
Telah
masyhur bahwa imam-imam madzab sunni menyatakan sampainya hadiah pahala kepada
mayyit muslim, bahkan ibnu qayyim dan ibnu taymiyah yang katanya imamnya para
wahhaby menyatakan demikian. Ini buktinya :
bnul Qayyim
(Scan Kitab Ar-ruh) : Sampainya hadiah bacaan Alqur’an dan Bolehnya membaca
Al-Qur’an diatas kuburanScan Kitab bahasa Arab :Cover :
Baca Yang
berwarna Merah (page 5 digital book):
kitab
ar-rooh (ar-ruh digital) Bisa di download di :
Scan kitab
ar-ruh tarjamah (bahasa melayu) :
cover :
Kitab ar-ruh
:
Teks Arab
Kitab Arruh Ibnu qayyim pada halaman 5 (kitab digital) :
وقد ذكر عن
جماعة من السلف أنهم أوصوا أن يقرأ عند قبورهم وقت الدفن قال عبد الحق يروى أن عبد
الله بن عمر أمر أن يقرأ عند قبره سورة البقرة وممن رأى ذلك المعلى بن عبد الرحمن
وكان الامام أحمد ينكر ذلك أولا حيث لم يبلغه فيه أثر ثم رجع عن ذلك وقال
الخلال في الجامع كتاب القراءة عند القبور اخبرنا العباس بن محمد الدورى حدثنا
يحيى بن معين حدثنا مبشر الحلبى حدثني عبد الرحمن بن العلاء بن اللجلاج عن أبيه
قال قال أبى إذا أنامت فضعنى في اللحد وقل بسم الله وعلى سنة رسول الله وسن على
التراب سنا واقرأ عند رأسى بفاتحة البقرة فإنى سمعت عبد الله بن عمر يقول ذلك قال
عباس الدورى سألت أحمد بن حنبل قلت تحفظ في القراءة على القبر شيئا فقال لا وسألت
يحيى ابن معين فحدثنى بهذا الحديث قال الخلال وأخبرني الحسن بن أحمد الوراق
حدثنى على بن موسى الحداد وكان صدوقا قال كنت مع أحمد بن حنبل ومحمد بن قدامة
الجوهرى في جنازة فلما دفن الميت جلس رجل ضرير يقرأ عند القبر فقال له أحمد يا هذا
إن القراءة عند القبر بدعة فلما خرجنا من المقابر قال محمد بن قدامة لأحمد بن حنبل
يا أبا عبد الله ما تقول في مبشر الحلبي قال ثقة قال كتبت عنه شيئا قال نعم
فأخبرني مبشر عن عبد الرحمن بن العلاء اللجلاج عن أبيه أنه أوصى إذا دفن أن يقرأ
عند رأسه بفاتحة البقرة وخاتمتها وقال سمعت ابن عمر يوصي بذلك فقال له أحمد فارجع
وقل للرجل يقرأ
وقال الحسن
بن الصباح الزعفراني سألت الشافعي عن القراءة عند القبر فقال لا بأس بها
وذكر الخلال عن الشعبي قال كانت الأنصار إذا مات لهم الميت اختلفوا إلى قبره
يقرءون عنده القرآن قال وأخبرني أبو يحيى الناقد قال سمعت الحسن بن الجروى يقول
مررت على قبر أخت لي فقرأت عندها تبارك لما يذكر فيها فجاءني رجل فقال إنى رأيت
أختك في المنام تقول جزى الله أبا على خيرا فقد انتفعت بما قرأ أخبرني الحسن بن
الهيثم قال سمعت أبا بكر بن الأطروش ابن بنت أبي نصر بن التمار يقول كان رجل يجيء
إلى قبر أمه يوم الجمعة فيقرأ سورة يس فجاء في بعض أيامه فقرأ سورة يس ثم قال
اللهم إن كنت قسمت لهذه السورة ثوابا فاجعله في أهل هذه المقابر فلما كان يوم
الجمعة التي تليها جاءت امرأة فقالت أنت فلان ابن فلانة قال نعم قالت إن بنتا لي
ماتت فرأيتها في النوم جالسة على شفير قبرها فقلت ما أجلسك ها هنا فقالت إن فلان
ابن فلانة جاء إلى قبر أمه فقرأ سورة يس وجعل ثوابها لأهل المقابر فأصابنا من روح
ذلك أو غفر لنا أو نحو ذلك
Membaca
Al-qur’an Diatas Kubur Dan Mengadiahkan Pahalanya bagi Mayyit (Muslim)
Tarjamahannnya :
Pernah
disebutkan daripada setengah para salaf, bahwa mereka mewasiatkan supaya
dibacakan diatas kubur mereka di waktu penguburannya. Telah berkata abdul haq,
diriwayatkan bahwa Abdullah bin umar pernah menyuruh supaya diabacakan diatas
kuburnya surah al-baqarah. Pendapat ini dikuatkan oleh mu’alla bin hanbal, pada
mulanya mengingkari pendapat ini kerana masih belum menemui sesuatu dalil
mengenainya, kemudian menarik balik pengingkarannya itu setelah jelas kepadanya
bahwa pendapat itu betul.
Berkata
Khallal di dalam kitabnya ‘Al-jami’ : Telah berkata kepadaku Al-Abbas bin
Muhammad Ad-dauri, berbicara kepadaku Abdul Rahman bin Al-Ala’ bin Lajlaj,
daripada ayahnya, katanya : Ayahku telah berpesan kepadaku, kalau dia
mati, maka kuburkanlah dia di dalam lahad, kemudian sebutkanlah : Dengan
Nama Allah, dan atas agama Rasulullah !, Kemudian ratakanlah kubur itu
dengan tanah, kemudian bacakanlah dikepalaku dengan pembukaan surat albaqarah,
kerana aku telah mendengar Abdullah bin Umar ra. Menyuruh membuat demikian. Berkata
Al-Abbas Ad-Dauri kemudian : Aku pergi bertanya Ahmad bin Hanbal, kalau
dia ada menghafal sesuatu tentang membaca diatas kubur. Maka katanya :
Tidak ada ! kemudian aku bertanya pula Yahya bin Mu’in, maka dia telah
menerangkan kepadaku bicara yang menganjurkan yang demikian.
Berkata
Khallal, telah memberitahuku Al-Hasan bin Ahmad Al-Warraq, berbicara kepadaku
Ali bin Muwaffa Al-Haddad, dan dia adalah seorang yang berkata benar,
katanya :Sekalai peristiwa saya bersama-sama Ahmad bin Hanbal dan Muhammad
bin Qudamah Al-Jauhari menghadiri suatu jenazah. Setelah selesai mayit itu
dikuburkan, maka telah duduk seorang yang buta membaca sesuatu diatas kubur
itu. Maka ia disangkal oleh Imam Ahmad, katanya : Wahai fulan !
Membaca sesuatu diatas kubur adalah bid’ah !. Apa bila kita keluar dari
pekuburan itu, berkata Muhammad bin Qudamah Al-Jauhari kepada Imam Ahmad bin
Hanbal : Wahai Abu Abdullah ! Apa pendapatmu tentang si Mubasysyir
Al-Halabi ? Jawab Imam Ahmad : Dia seorang yang dipercayai. Berkata
Muhammad bin Qudamah Al-Jauhari seterusnya : Aku menghafal sesuatu
daripadanya ! Sangkal Imam Ahmad bin Hanbal : Yakah, apa dia ?
Berkata Muhammad bin Qudamah : Telah memberitahuku Mubasysyir, daribada
Abdul Rahman Bin Al-Ala’ bin Lajlaj, daripada ayahnya, bahwasanya ia berpesan,
kalau dia dikuburkan nanti, hendaklah dibacakan dikepalanya ayat-ayat permulaan
surat Al-Baqarah, dan ayat-ayat penghabisannya, sambil katanya : Aku
mendengar Abdullah bin Umar (Ibnu Umar) mewasiatkan orang yang membaca demikian
itu.
Mendengar
itu, maka Imam Ahmad bin Hanbal berkata kepada Muhammad bin Qudamah :
Kalau begitu aku tarik tegahanku (Bhs Ind : penolakanku ) itu. Dan
suruhlah orang buta itu membacakannya.
Berkata Al-
Hasan bin As-sabbah Az-za’farani pula : Saya pernah menanyakan hal
itu kepada Imam Syafi’i, kalau boleh dibacakan sesuatu diatas kubur orang, maka
Jawabnya : Boleh, Tidak mengapa !
Khalal pun
telah menyebutkan lagi dari As-sya’bi, katanya : Adalah Kaum Anshor,
apabila mati seseorang diantara mereka, senantiasalah mereka mendatangi
kuburnya untuk membacakan sesuatu daripada Al-Qur’an.
Asy-sya’bi
berkata, telah memberitahuku Abu Yahya An-Naqid, katanya aku telah mendengar
Al-Hasan bin Al-Haruri berkata : Saya telah mendatangi kubur saudara
perempuanku, lalu aku membacakan disitu Surat Tabarak (Al-Mulk), sebagaimana
yang dianjurkan. Kemudian datang kepadaku seorang lelaki danmemberitahuku,
katanya : Aku mimpikan saudara perempuanmu, dia berkata : Moga-moga
Allah memberi balasan kepada Abu Ali (yakni si pembaca tadi) dengan segala yang
baik. Sungguh aku mendapat manfaat yang banyak dari bacaannya itu.
Telah
memberitahuku Al-Hasan bin Haitsam, katanya aku mendengar Abu Bakar atrusy
berkata : Ada seorang lelaki datang ke kubur ibunya pada hari jum’at,
kemudian ia membaca surat Yasin disitu. Bercerita Abu Bakar seterusnya :
Maka aku pun datang kekubur ibuku dan membaca surah Yasiin, kemudian aku
mengangkat tangan : Ya Allah ! Ya Tuhanku ! Kalau memang Engkau
memberi pahala lagi bagi orang yang membaca surat ini, maka jadikanlah pahala
itu bagi sekalian ahli kubur ini !
Apabila tiba
hari jum’at yang berikutnya, dia ditemui seorang wanita. Wanita itu
bertanya : Apakah kau fulan anak si fulanah itu ? Jawab Abu
Bakar : Ya ! Berkata wanita itu lagi : Puteriku telah meninggal
dunia, lalu aku bermimpikan dia datang duduk diatas kuburnya. Maka aku
bertanya : Mengapa kau duduk disini ? Jawabnya : Si fulan anak
fulanah itu telah datang ke kubur ibunya seraya membacakan Surat Yasin, dan
dijadikan pahalanya untuk ahli kuburan sekaliannya. Maka aku pun telah mendapat
bahagian daripadanya, dan dosaku pun telah diampunkan karenanya.
(Tarjamah
Kitab Ar-ruh Hafidz Ibnuqayyim jauziyah, ‘Roh’ , Ustaz Syed Ahmad
Semait, Pustaka Nasional PTE LTD, Singapura, 1990, halaman 17 – 19)
Langganan:
Postingan (Atom)