'); /* http://gubhugreyot.blogspot.com * Agst, 17, 2012 - jQtooltip no-class */ -->

Sabtu, 29 Desember 2012

ANCAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


ANCAMAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI




 






Dosen pengampu:
Drs.Agus Susanto,M.Si

Di susun oleh :

Riris Prabowo BayuAji     (1051600021)          
Agus Dwi Prasetyo             (1051600007)
Fitia Asmaul M                   (1051600034)
Rina Dwi Hastuti                (1051600012)
Tika Arsita Sari                  (1051600013)
Nanda Paramudita             (1051600033)


Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Pendidikan Biologi
Tahun 201I







DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..
1.1 LATAR BELAKANG
1.2  RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT…………………………………………………………………..
1.4 MANFAAT DAN PENELITIAN……………………………………………………………..
BAB II
2.1 DASAR TEORI………………………………………………………………………………
BAB III
3.1 METODE IPA………………………………………………………………………………….
3.2 ALAT DAN BAHAN………………………………………………………………………
3.3 TABEL PENGAMATAN………………………………………………………………………
A.TABEL PENGAMATAN BURUNG
B.TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU
DAN HUTAN POHON  KARET…………………………………………………………………
C. TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN DI HUTAN JATI DUKUH……………………….
D. KETERANGAN ………………………………………………………………………….
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
4.1 HASIL PENGAMATAN……………………………………………………………………….
A. PENGAMATAN STASIUN  1 (Tempat Lereng Gunung Lawu )…………………………….
B. PENGAMATAN STASIUN II  (Tempat  Jati Dukuh )….……………………………………..
C. PENGAMATAN STASIUN III ( Tempat Pohon karet )………………………………………..
4.2 PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….
A.STASIUN 1 LERENG BARAT GUNUNG LAWU……………………………………………
B. STASIUN 2 HUTAN JATI DUKUN………………………………………………………….
C. STASIUN 3 KEBUN KARET…………………………………………………………………
KLASIFIKASI TUMBUHAN DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU………………………..
KLASIFIKASI TUMUHAN DI HUTAN JATI DUKUH …………………………………………
KLASIFIKASI BURUNG DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU  DAN,
HUTAN JATI DUKUH DAN HUTAN POHON KARET………………………………………
BAB V
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………


 
PENDAHULUAN

Bumi makin panas. Itulah kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat modern
saat ini. Pemanasan global dianggap oleh banyak ilmuwan sebagai masalah utama yang dihadapi oleh kehidupan di bumi. Walaupun diketahui bahwa bumi secara alami mengalami efek rumah kaca, apa yang menjadi keprihatinan adalah perubahan-perubahan antropogenik terhadap komposisi dan jumlah gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Perubahan-perubahan yang bersumber dari kegiatan manusia ini secara urn urn dikenal dengan istilah pemanasan global. IPCC dalam laporannya tahun 2001 menyimpulkan bahwa suhu permukaan bumi selama abad ke-20 telah meningkat rata-rata 0,6 ± 0,2 °C. Angka ini 0,15 °C lebih besar dibanding angka dalam laporan IPCC sebelumnya yang mencakup periode sampai tahun 1994. Hal ini terjadi karena suhu yang relatif tinggi pada tahun-tahun tambahan 1995 sampai 2000. Peningkatan ini penting artinya karena peningkatan yang kelihatan kecil ini bisa terkait dengan perubahan besar dalam iklim. Sebagai contoh berakhirnya zaman es terakhir sejalan dengan peningkatan suhu sebesar 2°C. Kalau kecenderungan pemanasan tersebut terus berlanjut, akan terjadi perubahan serius dalam iklim dunia. Pemanasan global mempunyai banyak potensi dampak negatif di sampingjuga beberapa dampak positif. Secara regional dampak nyata akan terjadi pada pertanian tetapi penelitian yang ada belum dapat menyimpulkan secara pasti apakah secara keseluruhan pertanian global akan menderita penurunan potensi produksi atau peningkatan. Sumber daya air akan terpengaruh dan perubahan iklim yang kecil sekalipun.

 
Text Box: BAB I

PENDAHULUAN

Bumi makin panas. Itulah kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini. Pemanasan global dianggap oleh banyak ilmuwan sebagai masalah utama yang dihadapi oleh kehidupan di bumi. Walaupun diketahui bahwa bumi secara alami mengalami efek rumah kaca, apa yang menjadi keprihatinan adalah perubahan-perubahan antropogenik terhadap komposisi dan jumlah gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Perubahan-perubahan yang bersumber dari kegiatan manusia ini secara urn urn dikenal dengan istilah pemanasan global. IPCC dalam laporannya tahun 2001 menyimpulkan bahwa suhu permukaan bumi selama abad ke-20 telah meningkat rata-rata 0,6 ± 0,2 °C. Angka ini 0,15 °C lebih besar dibanding angka dalam laporan IPCC sebelumnya yang mencakup periode sampai tahun 1994. Hal ini terjadi karena suhu yang relatif tinggi pada tahun-tahun tambahan 1995 sampai 2000. Peningkatan ini penting artinya karena peningkatan yang kelihatan kecil ini bisa terkait dengan perubahan besar dalam iklim. Sebagai contoh berakhirnya zaman es terakhir sejalan dengan peningkatan suhu sebesar 2°C. Kalau kecenderungan pemanasan tersebut terus berlanjut, akan terjadi perubahan serius dalam iklim dunia. Pemanasan global mempunyai banyak potensi dampak negatif di sampingjuga beberapa dampak positif. Secara regional dampak nyata akan terjadi pada pertanian tetapi penelitian yang ada belum dapat menyimpulkan secara pasti apakah secara keseluruhan pertanian global akan menderita penurunan potensi produksi atau peningkatan. Sumber daya air akan terpengaruh dan perubahan iklim yang kecil sekalipun.

1.1. LATAR BELAKANG

Segala kehidupan di bumi merupakan bagian dari sistem jagad raya yang saling bergantung. Komponen hayati dan non hayati membentuk keanekaragaman hayati (biodiversity) yang meliputi keanekaragaman genetik, spesies, ekosistem dan keanekaragaman budaya manusia. Keseluruhan kekayaan hayati ini adalah produk beratus juta tahun sejarah evolusi (WRI, IUCN dan UNEP, 1995).  Keanekaragaman hayati merupakan modal pembangunan yang penting karena karakternya sebagai sumber daya alam yang dapat diperbarui. Semakin beraneka ragam gen, spesies dan ekosistem, maka semakin kokoh daya dukung lingkungan. Semakin kokoh daya dukung lingkungan maka semakin stabil ia menyangga perikehidupan manusia.
Peradaban manusia memodifikasi lingkungan lokal dengan cara menemukan, memakai, mengubah, membudidayakan, menyeleksi dan menangkar berbagai jenis tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Penyusutan dan punahnya keanekaragaman hayati melaju terus akibat negatif pembangunan yang kurang memperhatikan pelestarian lingkungan (Salim, 1995). Semakin lama, kualitas lingkungan hidup manusia cenderung semakin menurun. Manusia lebih banyak menghasilkan sampah dan pencemaran, kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup daripada mendatangkan perbaikan. Penurunan keanekaragaman hayati terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang merusak habitat (konversi lahan tidak sesuai daya dukung, penggundulan hutan, intensifikasi pertanian, pencemaran), mengeksploitasi dan mengubah kekayaan hayati berlebihan (sistem pertanian monokultur), introduksi spesies eksotik, lemahnya aturan dan penegakan hukum, rendahnya kesadaran dan komitmen. Sebenarnya, upaya pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan sejak dahulu kala oleh nenek moyang kita. Kearifan tradisional mereka telah melengkapi kekayaan budaya masyarakat Jawa Timur, namun seringkali kurang mendapat penghargaan dan perhatian. Sementara itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan jaman, bahkan belum memadai untuk melindungi, mengkaji dan menggali potensi yang dimiliki secara optimal dan lestari. Penelitian tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilakukan menghasilkan informasi yang terserak di berbagai tempat. Belum ada sistem informasi dan lembaga yang mengkoordinir pengelolaan dan pemanfaatan data secara baik.

Di masa yang akan datang, dunia sangat membutuhkan bahan baru untuk obat, varietas/ras tanaman/ternak, bahan baku industri, sandang, bangunan dan pelestarian keseimbangan alam. Disadari atau tidak, keberlanjutan kehidupan dan kesejahteraan manusia sangat bergantung pada kearifannya mengelola keanekaragaman hayati. Jadi pembangunan dapat saja berpusat pada manusia, namun konservasi keanekaragaman hayati merupakan faktor penentu (Salim, 1995). Instansi terkait langsung atau tidak langsung dan seluruh masyarakat berkepentingan dalam pemenfaatan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu pemerintah dan seluruh masyarakat diharapkan aktif dalam konservasi keanekaragaman hayati. Komitmen dan kesadaran akan pentingnya keanekaragaman hayati belum sepenuhnya dituangkan dalam kebijakan pemerintah daerah. Komitmen tersebut seharusnya mewarnai perencanaan strategis guna mendukung keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keanekaragaman hayati Jawa Timur perlu disusun. Penegakan konsep pelestarian yang komprehensif dapat mengurangi perbedaan kepentingan di antara pihak pengguna dan pelindung keanekaragaman hayati.
1.2.RUMUSAN MASALAH

Memperlakukan keanekaragaman hayatisekitarnya. Misalnya, punahnyasifat-sifat kearifan penduduk lokal terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Oleh karena itu, pengelolaan keanekaragaman hayati yang holistik, berkelanjutan dan berkeadilansosial bagisegenap warga masyarakat, sungguh diperlukan untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati.

1.3.TUJUAN DAN MANFAAT

Berdasarkan pada kemantapan analisis potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki, permasalahan penyusutan keanekaragaman hayati maupun tantangan yang dihadapi, maka konservasi keanekaragaman hayati harus mengacu pada tujuan dan kepentingan pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan konservasi tersebut adalah :
1.     Meningkatkan kesadaran dan komitmen masyarakat akan pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati bagi generasi sekarang dan yang akan datang
2.     Mewujudkan komitmen tersebut dalam perencanaan strategis dan kebijakan pemerintah daerah guna mendukung keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
3.     Mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menghargai, melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada
4.     Mendorong masyarakat untuk secara swadaya melakukan pengkajian dan pemanfaatan potensi keanekaragaman hayati guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kualitas hidup mereka
5.     Menghindarkan konflik kepentingan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati melalui kerjasama yang harmonis dan terintegrasi




A.      Text Box: BAB II 
PEMBAHASANPERUSAKAN HABITAT
kerusakan habitat sebagai akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan kegiatan Manusia. Seperti halnya kasus local dusun Pengekahan di daerah Lampung Barat, perubahan tata guna lahan akan terus menjadi factor utama yang mempengaruhi SDA. Ancaman genting terhadap habitat utama yang memiliki pengaruh besar keberadaan Spesies adalah pertanian (38%), Pembangunan Komersial (35%), Proyek Air (30%), reaksi alam terbuka (27%), Pengembalaan Ternak (22%), Polusi (20%), Infrastruktur dan jalan (17%), Gangguan kebakaran alami (13%), dan penebanganan pohon (12%).
Secara sederhana habitat merupakan tempat hidup mahkluk hidup, dimana mahkluk hidup tersebut melakukan segala aktifitasnya seperti mencari makan, tidur bersarang dan lainnya. Kerusakan habitat dari suatu jenis mahkluk hidup dapat mengakibatkan kepunahan dari jenis mahkluk hidup tersebut. Selain kerusakan habitat, perubahan habitat juga merupakan ancaman bagi kepunahan dari jenis mahkluk hidup.
Tipe dari habitat itu sendiri sangat beragam antara lain berupa hutan, mangrove, sawah, laut, padang rumput dan sebagainya. Dari berbagai tipe habitat tersebut, hutan yang paling banyak mengalami kerusakan dan perubahan fungsi, dengan membuka pertambangan di dalam hutan, perkebunan hingga industri. Dengan begitu satwa-satwa yang hidup di dalam hutan hanya mempunyai dua pilihan, pindah atau mati. Bagi satwa yang tidak mampu beradaptasi dengan habitat yang sudah berubah maka akan mati, tetapi bagi habitat yang berpindah pun harus beradaptasi dengan habitat barunya dan tentu saja satwa tersebut terus dikejar oleh aktifitas manusia lainnya. Jadi penyebab utama rusaknya habitat adalah manusia. Untuk membuka hutan menjadi lahan perkebunan atau pertanian banyak dari manusia yang membakar hutan, padahal kebakaran hutan baik yang disengaja atau tidak disengaja dapat memusnahkan berbagai jenis tumbuhan, dan asapnya pun mengakibatkan polusi udara.
Dari pertambangan, maka adanya pembukaan jalan untuk aktifitas sehingga mengkibatkan fragmentasi habitat yang menghalangi penyebaran dan kolonisasi satwa. Dengan kerusakan dan perubahan habitat inilah maka banyak satwa yang mengalami penurunan jumlahnya yang berujung pada kepunahan. Walaupun ada beberapa jenis satwa yang mampu beradaptasi dengan habitat barunya tetapi tetap saja terjadi penurunan jumlah populasi berbagai jenis satwa. Selain penurunan populasi, satwa cacat sebelum lahir dapat terjadi akibat pengaruh polusi. Dengan begitu penyebab terbesar untuk kepunhanan bagi satwa yaitu rusaknya habitat bagi satwa tersebut.
B.       PERUBAHAN IKLIM SECARA GELOBAL
Secara alami karbondiosida (CO²), gas metana (CH4), dan gas – gas lainnya dalam jumlah kecil di atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatksn permukaan bumi. Uap air dan gas – gas tersebut dalam bentuk awan, menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi. Pengeluaran panas dari bumi keangkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas rumah kaca karena fungsinya yang sama dengan rumah kaca. Dampak yang sama terjadi dengan di bumi. jika rumah kaca bertambah drastic bisa menimbulkan Dampak negative terhadap daratan serapan panas surya yang berlebihan dan memacu panas perut bumi bergejolak takterkendali sehingga dapat menciptakan bencana alam seperti gempa tektonik, desertifikasi lahan, pencairan gunung es yang akhirnya menambah debit air di bumi secara drastic, perubahan dataran akibat tekanan panas dari permukaan dan dasar bumi.  Sedangkan dampak pada lingkungan laut, penyempitan daratan yang tertutup es dikutub utara dan antartica, proses ini akan terus bertambah dengan cepat dan akan menambah ketinggian permukaan laut setinggi   9-88cm sehingga dapat membanjiri komunitas pesisir ang posisinya lebih rendah atau low lying islands. Hasil penelitian Fred Pearce (2002), disimpulkan bahwa 10% es yang menyelimuti bumi telah mencair sejak tahun 1960, sementara ketebalan es dikutub utara telah mengalami pencairan es salju sebanyak 42% dalam 40 tahun terakhir. Peningkatan debit air dilaut dan perubahan suhunya dapat menjadi ancaman bagi terumbu karang dan ganggang yang hidup simbiotik. Dan ini masih terus berlangsung sampai dengan sekarang. Di India kematian massal trumbu sudah mencapai 70%, di Indonesia sudah mengalami proses pemutihan karang sebesar 30%, dikepulauan seribu sudah mencapai 90 – 95 % trumbu karang hingga kedalaman 25m mengalami kematian, hal ini dapat mendorong biota – biota laut akan bermigrasi. Dampak luas pemanasan global, perubahan iklim dapat merubah komunitas biologi secara radikal dan menekan angka populasi dari spesies. Yang akhirnya kawasan yang dilindungipun tidak dapat menyandang atau menyelamatkan spesies critically endangeredSalah satu solusi dari habitat spesies adalah dibentuknya kawasan perlindungan yang cocok dan baru, rute – rute migrasi yang potensial seperti lembah dan sungai di utara dan selatan, sangat perlu diidentifikasi lebih dini dan dilindungi. Solusi kedua adalah penangkaran spesies dengan membuat habitat imitasi dengan mencontoh habitat asli spesies tersebut.
a.             Perubahan iklim
Suhu Udara Naik 1 ºC
·           Beberapa gletser kecil di Andes menghilang seluruhnya dan mengancam persediaan air bagi 50 juta orang
·           Kenaikan moderat hasil panen sereal di wilayah beriklim sedang
·           Setidaknya 300.000 orang setiap tahunnya meninggal karena penyakit akibat perubahan iklim (terutama diare, malaria, dan kekurangan gizi), akan tetapi ada pengurangan angka kematian pada saat musim dingin di wilayah yang lebih tinggi (Eropa Utara, AS)
·           Lapisan es di belahan bumi utara mencair dan menyebabkan kerusakan jalan-jalan dan bangunan-bangunan di sebagian Kanada dan Rusia
·           Setidaknya 10% spesies darat akan punah, 80% terumbu karang rusak, termasuk Terumbu Karang Great Barrier terbesar di dunia yang terletak di timur laut Australia
·           Arus Teluk melemah
Suhu Udara Naik 2 ºC
·           Air menyusut sebesar 20–30% di beberapa wilayah yang rentan, seperti Afrika bagian Selatan dan Mediterania
·           Hasil panen merosot tajam di wilayah-wilayah tropis (5-10% di Afrika)
·           40-60 juta lebih orang menderita malaria di Afrika
·           Sekitar 10 juta orang lebih menderita banjir setiap tahunnya
·           15-40% spesies terancam punah; spesies Kutub Utara, misal beruang kutub dan karibau, kemungkinan besar bisa punah
·           Lapisan es Greenland mulai mencair tak terkendali
Suhu Udara Naik 3 ºC
·           Di Eropa Selatan, kekeringan hebat terjadi sekali setiap 10 tahun; 1-4 miliar orang lebih menderita kekurangan air, sementara 1-5 miliar orang di tempat lain menderita banjir
·           150-550 juta orang kelaparan
·           1-3 juta orang lebih mati karena kekurangan gizi; penyakit seperti malaria tersebar luas ke wilayah-wilayah baru
·           1-170 juta lebih orang di pesisir pantai menderita banjir
·           20-50% spesies terancam punah, termasuk di sini, 25-60% mamalia, 30-40% burung, dan 15-70% kupu-kupu di Afrika Selatan; hancurnya Hutan Amazon
·           Bencana akibat cuaca yang berubah semakin meningkat, runtuhnya Lapisan Es Antartika Barat
Suhu Udara Naik 4 ºC
·           Persediaan air menyusut 30-50% di Afrika bagian Selatan dan Mediterania
·           Suhu udara yang bertambah panas menyebabkan lenyapnya gletser-gletser Himalaya dan mempengaruhi jutaan orang di China dan India
·           Panen merosot 15-35% di Afrika dan di seluruh lumbung produksi pangan dunia (misalnya di sebagian Australia)
·           80 juta orang lebih menderita malaria di Afrika
·            7-300 juta orang lebih di pesisir pantai menderita banjir setiap tahunnya.
·           Lenyapnya separuh wilayah tundra di Kutub Utara; hutan hujan Amazon mati; menyusutnya lapisan es menyebabkan naiknya air laut setinggi 7 meter
Suhu Udara Naik Di Atas 5 ºC

Bukti terbaru menunjukkan bahwa rata-rata suhu Bumi akan naik lebih dari 5 atau 6ºC bila emisi gas rumah kaca terus bertambah dan menimbulkan bahaya besar pelepasan karbon dioksida dari permukaan tanah dan pelepasan metana dari lapisan es di Kutub Utara maupun dari dasar laut. Kenaikan suhu udara global ini akan setara dengan pemanasan global yang pernah terjadi pada Zaman Es terakhir dan, bila suhu Bumi sampai memanas 6ºC, dampaknya di luar perkiraan manusia. Kiamatkah? Silakan Anda sendiri yang menjawabnya
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang musibah bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, badai salju, bencana kekeringan, dan lain sebagainya. Pada awalnya saya berpikir, mengapa bencana alam sekarang ini cenderung meningkat dari waktu-kewaktu? Sebenarnya saya sendiri kurang yakin juga jika bencana alam itu hanya banyak terjadi akhir-akhir ini, besar kemungkinan bencana alam juga sering terjadi dimasa lampau cuma kita saja yang tidak mengetahuinya, hal itu terbukti dari banyak cerita tentang kehancuran bumi dimasa lalu akibat bencana alam.

Bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini apakah hanya terjadi disekitar kita (Indonesia)? Ternyata tidak juga, karena berdasarkan berita-berita dari negara-negara di dunia, mereka juga tidak luput dari bencana alam yang melanda negerinya. Lantas ada fenomena apa sebenarnya mengapa akhir-akhir ini banyak terjadi bencana alam dari seluruh dunia itu?

1.        Fenomena Perubahan Iklim

Pada awal kehidupan manusia masalah bencana dan perubahan iklim mungkin saja belum begitu berperan dalam kehidupan manusia awal, kecuali pada masa-masa ekstrim seperti perubahan jaman es, dan sebagainya. Namun, setelah memasuki abad-abad terakhir, sebagian aktivitas manusia di bumi telah membuat planet ini kian panas. 

Jika kita lihat kebelakang maka fenomena pemanasan global bisa dikatakan berawal sejak revolusi industri, tingkat karbon dioksida meningkat tajam diudara. Sebelum masa industri, aktivitas manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca penyebab pemanasan global. dan perubahan iklim Namun dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfir bertambah banyak dan menyumbang pemanasan global.

2.             Perubahan Iklim di Indonesia

Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaannya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.
Ketiga jenis iklim tersebut adalah:

a.              Iklim Musim (Iklim Muson)

Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.

b.             Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)

Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.

c.              Iklim Laut

Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.

Jika kita cermati unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama, diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal.

c. Hubungan Perubahan Iklim Terhadap Bencana Alam di Indonesia

Menurut beberapa sumber, iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 ˚C sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1 ˚C di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun.

Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998. Lalu muncul pertanyaan, adakah hubungan antara bencana di Indonesia terkait dengan aktivitas global semacam pemanasan global serta El Nino? Jika ada, apa implikasinya terhadap bencana ekologi dan manajemen sumber daya air kita?

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgith_J3sWIqjtLD72itMWDqXzUuiyIeFkF0wA7B1_JrVbNVhh95NktNJyoGkOK-vOAFv_ZUIAuZAd2oMFdJh_mhOU67GPE3eojnpnT3IqcvnnlVF1VWGHGqFMYooRCIgmICmQgeNnz6OM/s1600/bencana+alam+karena+perubahan+iklim.jpeg

Banjir dan kekeringan pada dasarnya terkait dengan kemampuan alam dan manusia mengelola ketersediaan air di Bumi. Banjir terjadi karena jumlah air hujan yang turun di daratan dalam intensitas berlebihan pada saat alam tidak mampu menampung. Kemudian dalam skala lokal intensitas curah hujan yang amat ekstrem dalam waktu lama akan menjadi penyebab banjir besar dan longsor di banyak tempat. Sementara itu, kekeringan terjadi karena jumlah hujan yang turun tidak mencukupi kebutuhan kehidupan. Kemudian ketersediaan air yang kian terbatas akan meningkatkan kompetisi untuk mendapatkan dan tidak jarang menimbulkan konflik dalam pemanfaatan.

Jika kita melihat dalam skala lebih luas, peningkatan suhu secara global menyebabkan terjadinya percepatan pelelehan lapisan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan sekaligus terjadinya pencairan dan penipisan lapisan gunung-gunung es di dunia. Dilain pihak kemarau panjang yang disebabkan fenomena El Nino yang memengaruhi siklus hidrologi lokal dan regional akan menyebabkan kian kritisnya ketersediaan air untuk menopang kebutuhan 6,5 miliar penduduk Bumi saat ini.

d. Peranan Negara-Negara di Dunia

Peranan negara-negara di dunia dapat kita bagi menjadi 2, yaitu peran negatif dan peran positif. 
Saya mengistilahkan peran negatif karena negara-negara di dunia sekarang ini pasti terlibat dalam menyumbang kerusakan ekosistem yang berdampak pada perubahan iklim, walaupun mungkin takarannya berbeda. 

Kemudian peran yang kedua yaitu peran positif, hal itu terlihat dari adanya alternatif solusi dalam mengatasi masalah perubahan iklim global yang terus dilakukan oleh negara-negara di dunia, khususnya oleh negara-negara industri sebagai penyumbang gas karbon terbesar didunia yang sangat mencemari lingkungan serta berdampak luas pada perubahan iklim. Sedangkan untuk negara miskin dan berkembang, terutama yang memiliki hutan sebagai paru-paru dunia mendapatkan tugas untuk merawat hutannya, tentunya dengan kompensasi dari negara-negara industri.

Inovasi pengembangan teknologi yang mampu memecahkan masalah secara simultan merupakan salah satu pilihan yang harus dilakukan untuk menyelamatkan masa depan kita bersama. Untuk itu, perlu dikembangkan kerjasama semua pihak, baik dari negara maju maupun negara berkembang untuk menangani masalah perubahan iklim yang berdampak terhadap bencana global.

e.  Adaptasi dan Mitigasi Bencana Perubahan Iklim

Kenapa adaptasi dan mitigasi saya masukkan dalam artikel pengaruh perubahan iklim ini? Mungkin kita semua bisa mencermati bahwa keduanya (adaptasi dan mitigasi) saat ini menjadi penting karena menyangkut strategi menghadapi perubahan iklim. Ini bisa dikatakan sebagai solusi yang paling mudah dilakukan oleh masing-masing dari kita untuk ikut menekan pengaruh perubahan iklim.

Mitigasi dalam hal ini sering diartikan sebagai pengurangan. Sedangkan adaptasi (adaptation) artinya penyesuaian diri. Melalui mitigasi, usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya. Gunanya agar laju pemanasan itu melambat. Kemudian pada saat bersamaan, dapat dilakukan persiapan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan ditemukan suatu titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia.

Salah satu alternatif solusi, dalam skala kecil, mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bike to work, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan AC yang non CFC, hemat energi dan lain sebagainya. Sedangkan beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan penataan lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, daur ulang sampah, dan lain-lain, sehingga harapannya Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Konservasi Alam itu tidak berdampak pada bencana yang lebih buruk, atau minimal dapat menekan bencana agar tidak semakin merusak kehidupan manusia.

C.      POLUSI LINGKUNGAN
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat  tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Macam-macam Pencemaran
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat pencemaran.
a.                   Menurut tempat terjadinya Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
1.      Pencemaran udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.
·         Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,
bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
·         Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak
berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam
udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-
ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di
bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas.
Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah
kaca.
·         Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair
membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat
mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur,
virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
·         Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan meng-
hasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta
oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini
membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang
disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan,
perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di umi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara.
2.         Pencemaran air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
·         Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan
sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan
industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun.
·         Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
·         Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian
terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral
yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis
karena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar di laut ada lah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan karenanya. (Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.
3.         Pencemaran tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
·         sampah-sampah pla.stik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,
pecahan kaca, dan kaleng
·         detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit
diuraikan)
·         zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
4.         Polusi suara
·         Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
·         Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut
:
Ø  Kimiawi; berupa zat radio aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi),
pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
Ø  Biologi; berupa mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba
coli, dan Salmonella thyposa.
Ø   Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik, dan karet.

b.                  Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
a.       Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada
panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang
menyebabkan mata pedih.
b.       Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa)
di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi
cacat.
c.       Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya
sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam
lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
2.      Parameter Pencemaran
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :
a.       Parameter kimia
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam
berat.
b.      Parameter biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu
jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan
menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya
selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan
untuk mengukur banyaknya pencemar organik.
Menurut menteri kesehatan, kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.
c.         Parameter fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
d.         Parameter biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.
Delapan Korban Polusi
Berikut dipaparkan delapan korban akibat perusakan lingkungan oleh perusahaan, yaitu:

1.      Polusi Udara
Masyarakat Prancis menganggap bahwa cerobong asap yang banyak terdapat di
sana mencerminkan suatu hal yang positif, karna menjadi simbol produktifitas kerja
masyrakatnya. Orang – orang prancis kurang memikirkan resiko lingkungan yang besar
akibat dari cerobong – cerobong asap itu, dan banyak negara – negara yang kurang setuju
dengan pandangan masyarakat prancis tersebut.
2.      Pembuangan Limbah Padat
Terdapat banyak sekali resiko di tempat pembuangan limbah padat ini, di
antaranya tempat pembuangan sampah. Daerah tempat pembuangan sampah sangat
beresiko tinggi menjadi tempat sumber penyakit, selain resiko adanya gas beracun. Dan
tentu saja penanggulangan sampah ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik di saat
sekarang maupun masa yang akan datang.Dari sisi perusahaan, tentu saja perusahaan
yang bijaksana akan mencoba untuk mengurangi atau mengganti bahan baku mereka
dengan bahan baku yang ramah lingkungan. Dalam hal mendaur ulang bisa jadi biaya
produksinya (termasuk biaya sosial) akan lebih mahal jika di bandingkan dengan
memproses dari awal dengan menggunakan bahan baku tertentu. Contoh: pemrosesan
daur ulang gelas plastik tidak akan mengurangi polusi pabrik.

3.      Penggunaan Bahan Beracun
Jika tidak ditangani secara seksama, bahan – bahan yang beracun tidak saja dapat
membahayakan para tenaga kerja, bahan ini juga dapat masuk kedalam air dan
membunuh ikan, dan selanjutnya akan memasuki rantai makanan. Bagi perusahaan yang
memproduksi bahan beracun akan menambah besar resiko yang di hadapi oleh bagian
produksi, karena dapat saja secara langsung dan tidak langsung para pekerja mendapat
penyakit yang mematikan, seperti kanker, paru – paru, dan sebagainya, sehingga jika di
tinjau dari segi financial pun akan berdampak pada berkurangnya keuntungan bagi
perusahaan.
4.      Pemakaian Energi Cerobong – cerobong asap pabrik
secara kasat mata dapat mencerminkanseberapa besar energi yang dipakai untuk proses produksinya, walaupun bukan berartiperusahaan yang tidak memiliki cerobong asap menggunakan energi yang lebih sedikit.
Pemakaian energi yang banyak dan menghasilkan polusi merupakan sasaran untuk di
protes oleh pecinta lingkungan. Seiring dengan naiknya biaya energi, hendaknya
perusahaan dapat mengkaji kembali tingkat efisiensi pemakaian energi mereka,
pemakaian alat pendingin, pencahayaan ruangan, dan penggunaan lift merupakan contoh
di mana efisiensi pemakaian energi dapat di lakukan.
5.      Kerusakan Alam
Perusahaan pertambangan atau penghancuran batu, Pengembang, perusahaan
konstruksi atau bahkan pasar swalayan sekalipun mungkin di bangun di daerah hijau
(Greenfield). Hal yang sama berlaku juga bagi perusahaan petrokimia pada saat mereka
melakukan penelitian. Kilang minyak dan gas bumipun demikian, akibatnya terjadi
kerusakan alam. Untuk meminimalkan terjadinya kerusakan alam, hendaknya perusahaan
– perusahaan berlokasi pada daerah yang secara lingkungan disebut daerah coklat
(brownfield). Walaupun untuk kasus swalayan misalnya orang – orang akan kurang suka
berbelanja pada daerah coklat (brownfield) tersebut.

6.      Menggunakan Bahan Tidak Tahan Lama Dan Sukar Didapat
Penebangan kayu di hutan dan batu – batuan yang di gali dan di hancurkan telah
berakibat pada munculnya biaya lingkungan. Petugas konversi dapat dengan mudah
mencirikan perusahaan yang menggunakan bahan – bahan yang sukar didapat itu sebagai
perusahaan perusak lingkungan. Jika perusahaan menggunakan bahan pengganti maka
perusahaan dapat terhindar dari gugatan hukum dan pemboikotan dari pihak tertentu.
7.      Lahan Yang Terkontaminasi
Sebelum membeli atau memiliki lahan, hendaknya banyak hal yang perlu
dipelajari, seperti kualitas lahan. Sebagai contoh, pada saat pengembang proyek
perumahan yang bernama mounleigh membeli sebidang tanah dari British steel, ternyata
setelah di teliti tanah tersebut telah terkontaminasi. Akibatnya lokasi perumahan tersebut
tidak laku di jual dan pengembang itupun bangkrut.

D.      PENGURANGAN LAPIASN OZON
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 - 48 km (12 - 30 mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
Ozon adalah gas beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap dan dapat merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di Bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Oleh karena itu, para ilmuwan sangat khawatir ketika mereka menemukan bahwa bahan kimia kloro fluoro karbon (CFC) yang biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan ini. Bila dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini akan dipecah oleh sinar Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan menghancurkan molekul-molekul ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon. Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia. Bahan-bahan kimia lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon.
Menipisnya lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan tertentu, memengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya karbondioksida (lihat pemanasan global) akibat berkurangnya tanaman dan plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner.

Lubang Ozon

Pada awal tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja di Antartika mendeteksi hilangnya ozon secara periodik di atas benua tersebut. Keadaan yang dinamakan lubang ozon (suatu area ozon tipis pada lapisan ozon) ini, terbentuk saat musim semi di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan sebelum menebal kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa persentase ozon secara keseluruhan di Antartika sebenarnya terus menurun. Penerbangan-penerbangan yang dilakukan untuk meneliti hal ini juga memberikan hasil yang sama.
Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra ungu memasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat membuat efek pada kesehatan manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian dan hutan. Efek utama pada manusia adalah peningkatan penyakit kanker kulit karena selain itu dapat merusak mata termasuk kataraks dan juga mungkin akan melemahkan sistem imunisasi badan.
Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra violet pada tanaman dapat memusnahkan hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian menunjukkan hasil tanaman seperti 'barli' dan 'oat' menunjukkan penurunan karena penerimaan sinar radiasi yang semakin tinggi. Tanaman diperkirakan akan mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan akan cenderung kerdil, sehingga merusak hasil panen dan hutan-hutan yang ada. Radiasi penuh ini juga dapat mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut.
Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai "efek rumah kaca". Usaha-usaha untuk mencegah penipisan ozon menjadi mulai dilakukan bersama oleh semua negara di dunia. Usaha itu pun telah di galakkan secara serius melalui UNEP (United Nation Environment Programme) salah satu organisasi PBB yang bergerak dibidang program perlindungan lingkungan dan alam.
Pada tahun 1977 lagi, UNEP telah mengambil tindakan Perancangan Dunia terhadap lapisan ozon dan dalam tahun 1987, dibuat satu kesepakatan dunia mengenai pengurangan pengeluaran bahan yang menyebabkan lapisan ozon telah ditandatangani yaitu 'Protokol Montreal'. Protokol ini di antaranya menghasilkan tindakan-tindakan dalam mengawal penghasilan dan pembebasan CFC ke dalam alam sekitar.

Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius masalah ini dan berupaya untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan ozon di alam ini dengan cara meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat mempertipis ozon agar generasi yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang masih baik.

E.     HUJAN ASAM
Beberapa Dampak Hujan Asam terhadap: Danau, Tumbuhan, Hewan dan Manusia) – Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :

Dampak Hujan asam Terhadap Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Dampak Hujan Asam Terhadap Tumbuhan dan Hewan
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Dari analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
Dampak Hujan Asam Terhadap Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
F.       EUTROFIKASI

Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.
Akibat eutrofikasi
Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya.

Sejarah pengetahuan tentang eutrofikasi
Problem eutrofikasi baru disadari pada dekade awal abad ke-20 saat alga banyak tumbuh di danau-danau dan ekosistem air lainnya. Problem ini disinyalir akibat langsung dari aliran limbah domestik. Hingga saat itu belum diketahui secara pasti unsur kimiawi yang sesungguhnya berperan besar dalam munculnya eutrofikasi ini.
Melalui penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para peneliti akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen kunci di antara nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P)) di dalam proses eutrofikasi.
Sebuah percobaan berskala besar yang pernah dilakukan pada tahun 1968 terhadap Danau Erie (ELA Lake 226) di Amerika Serikat membuktikan bahwa bagian danau yang hanya ditambahkan karbon dan nitrogen tidak mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan. Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk senyawa fosfat)-di samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami algal bloom.
Menyadari bahwa senyawa fosfatlah yang menjadi penyebab terjadinya eutrofikasi, maka perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup semakin meningkat terhadap permasalahan ini. Ada kelompok yang condong memilih cara-cara penanggulangan melalui pengolahan limbah cair yang mengandung fosfat, seperti detergen dan limbah manusia, ada juga kelompok yang secara tegas melarang keberadaan fosfor dalam detergen. Program miliaran dollar pernah dicanangkan lewat institusi St Lawrence Great Lakes Basin di AS untuk mengontrol keberadaan fosfat dalam ekosistem air. Sebagai implementasinya, lahirlah peraturan perundangan yang mengatur pembatasan penggunaan fosfat, pembuangan limbah fosfat dari rumah tangga dan permukiman. Upaya untuk menyubstitusi pemakaian fosfat dalam detergen juga menjadi bagian dari program tersebut.


Penanganan eutrofikasi
Dewasa ini persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan temporal, tetapi juga menjadi persoalan global yang rumit untuk diatasi sehingga menuntut perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus. Eutrofikasi merupakan contoh kasus dari problem yang menuntut pendekatan lintas disiplin ilmu dan lintas sektoral.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini sulit membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut adalah aktivitas peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang mengandung unsur fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang telah lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air.
Lalu apa solusi yang mungkin diambil? Menurut Forsberg, yang utama adalah dibutuhkan kebijakan yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan penduduk (birth control). Karena apa? Karena sejalan dengan populasi warga Bumi yang terus meningkat, berarti akan meningkat pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air dari sumber-sumber yang disebutkan di atas. Pemerintah juga harus mendorong para pengusaha agar produk detergen tidak lagi mengandung fosfat. Begitu pula produk makanan dan minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif fosfat. Di samping itu, dituntut pula peran pemerintah di sektor pertanian agar penggunaan pupuk fosfat tidak berlebihan, serta perannya dalam pengelolaan sektor peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke lingkungan air. Bagi masyarakat dianjurkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung aditif fosfat.
Di negara-negara maju masyarakat yang sudah memiliki kesadaran lingkungan (green consumers) hanya membeli produk kebutuhan rumah sehari-hari yang mencantumkan label "phosphate free" atau "environmentally friendly".
Negara-negara maju telah menjadikan problem eutrofikasi sebagai agenda lingkungan hidup yang harus ditangani secara serius. Sebagai contoh, Australia sudah mempunyai program yang disebut The National Eutrophication Management Program, yang didirikan untuk mengoordinasi, mendanai, dan menyosialisasi aktivitas riset mengenai masalah ini. AS memiliki organisasi seperti North American Lake Management Society yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian danau melalui aktivitas sains, manajemen, edukasi, dan advokasi.
Selain itu, mereka masih mempunyai American Society of Limnology and Oceanography yang menaruh bidang kajian pada aquatic sciences dengan tujuan menerapkan hasil pengetahuan di bidang ini untuk mengidentifikasi dan mencari solusi permasalahan yang diakibatkan oleh hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Negara-negara di kawasan Eropa juga memiliki komite khusus dengan nama Scientific Committee on Phosphates in Europe yang memberlakukan The Urban Waste Water Treatment Directive 91/271 yang berfungsi untuk menangani problem fosfat dari limbah cair dan cara penanggulangannya. Mereka juga memiliki jurnal ilmiah European Water Pollution Control, di samping Environmental Protection Agency (EPA) yang memberlakukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap pencemaran lingkungan.
Eutrofikasi mempunyai dampak yang buruk bagi ekosistem air, diantaranya
sebagai berikut :
Ø  Anoxia (tidak tersedianya oksigen) yang dapat membunuh ikan dan invertrebata lain yang juga dapat memicu terlepasnya gas-gas berbahaya yang tidak diinginkan
Ø  Algal blooms dan tidak terkontrolnya pertumbuhan dari tumbuhan akutaik
yang lain
Ø  Produksi substansi beracun oleh beberapa spesies blue-green algae
Ø  Konsentrasi tinggi bahan-bahan organic yang jika dicegah dengan menggunakan klorin akan dapat menyebabkan terciptanya bahan-bahan karsinogen yang dapat menyebabkan kanker
Ø  Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk karena berkurangnya
kejernihan air
Ø  Terbatasnya akses untuk memancing dan aktivitas berekreasi disebabkan terakumulasinya tumbuhan air di danau atau waduk



G.    REKAYASA GENETIKA

Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO), lebih dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan ISP. Di antaranya:
1.      Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.
2.      Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika Serikat.
3.      Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian Kerajaan Inggris.
4.      pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.
5.      Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India, meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam waktu setahun.
6.      Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium.
7.       Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di seluruh dunia.
8.      Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.



Dampak Introduksi spesies Asing
spesies invasif mempunyai beberapa macam definisi, yaitu (1) non-indigenous species atau spesies asing yang menyebabkan habitat diinvasi dan dapat merugikan baik secara ekonomis, lingkungan maupun ekologis; (2) native dan non-native species, spesies yang mengkoloni secara berat habitat tertentu; dan (3) widespread non-indigenous species, spesies yang mengekspansi suatu habitat. Jadi spesies invasif mencakup spesies asing (eksotik) dan spesies asli yang tumbuh di habitat alaminya.
Karakter spesies invasif antara lain: tumbuh cepat, reproduksi cepat, kemampuan menyebar tinggi, toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan, kemampuan untuk hidup dengan jenis makan yang beragam, reproduksi aseksual, dan berasosiasi dengan manusia.
Spesies asing invasif adalah spesies-spesies flora maupun fauna, termasuk mikroorganisma yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat karena tidak mempunyai musuh alami, sehingga menjadi gulma, hama dan penyakit pada spesies-spesies asli.
Introduksi Spesies Asing
Menurut definisi International Union for Conservation of Natural Resources/IUCN seperti dikutip KLH (2002), introduksi adalah suatu pergerakan oleh kegiatan manusia, berupa spesies, subspesies atau organisme pada tingkatan takson yang lebih rendah, keluar dari tempat asalnya.  Pergerakan atau perpindahan ini dapat terjadi di dalam negara atau antar Negara.
Introduksi dilakukan oleh manusia karena beberapa alasan :
  1. Aspek ekonomi (bisnis).  Introduksi hewan dan tanaman hias merupakan bisnis yang besar.  Kecenderungan manusia untuk menyukai sesuatu yang bersifat lain, unik ataupun aneh menyebabkan manusia mengintroduksi hewan atau tanaman yang belum pernah dilihat atau disaksikan
  2. Memenuhi kebutuhan makanan.  Berbagai hewan (ternak), termasuk ikan yang diintroduksi oleh manusia dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan makanan.  Dari sekian spesies hewan dan tanaman, dipilih spesies-spesies yang memiliki pertumbuhan cepat dan mampu beradaptasi dengan cepat dalam lingkungan barunya, mudah diangkut dan dipindahkan dan mengandung unsur gizi yang besar.
  3. Memanipulasi ekosistem.  Hal ini dilakukan pada kasus introduksi musuh alami suatu organisme pengganggu.
Pemasukan, penyebaran dan penggunaan berbagai spesies asing baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja yang kemudian menjadi invasif telah menyebabkan kerugian ekologi dan ekonomi yang cukup besar.  Kerugian berupa kerusakan lingkungan akibat invasi spesies asng umumnya sangat sulit untuk dipulihkan lagi, karena berkaitan dengan makhluk hidup yang mampu melakukan adaptasi, tumbuh dan berkembang.  Kepunahan suatu spesies organisme lokal merupakan suatu spesies kerusakan yang tidak dapat diperbaharui.
Beberapa spesies dan varitas baru yang secara teknis, ekonomis, sosial dan ekologis diperlukan dan secara nyata telah memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat.  Namun, banyak spesies asing yang sebenarnya dapat berdampak buruk bagi ekosistem asli.
Hama, gulma dan penyakit yang muncul dari introduksi spesies asing invasif ini menurunkan hasil panen, menjadi pesaing pada spesies-spesies tanaman dan ternak komoditas, dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Perangkat Peraturan dan Hukum untuk Pengendalian Spesies Invasif
Spesies asing invasif menjadi ancaman penting bagi keanekaragaman hayati.  Oleh karena itu di dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati yang telah diratifikasi Indonesia dengan UU No.5 Tahun 1994 secara khusus pada pasal 8(h) memberikan amanat agar setiap negara wajib sejauh mungkin menghindari introduksi spesies asing invasif, melakukan pengendalian dan pemusnahan spesies asing invasif tersebut yang akan menimbulkan dampak lingkungan dan kerusakan keanekaragaman hayati asli.
Selanjutnya pada Konferensi Para Pihak ke empat Konvensi Keanekaragaman Hayati (COP IV CBD) pada tahun 1998 di Bratislava telah mengamanatkan pada para Pihak untuk mengembangkan upaya pendidikan, pelatihan dan penyadaran masyarakat secara efektif dan sekaligus mengembangkan program kampanye dan penyebaran informasi mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan permasalahan pengendalian spesies asing, termasuk pengkajian dan pengelolaan dampak yang mungkin timbul akibat introduksi spesies asing.


































BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Banyakkegitan-kegiatAn manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan mempengaruhi biodiversitas, Karena kegiatan manusia cenderung mengubah keadaan ekosistem yang telah ada bahkan membuat kerusakan terhadap ekosistem tersebut.Padahal ekosistem tersebut yang menyebabkan adanya keanekaragaman flora dan fauna.
Sehingga terjadi ancaman terhadap biodiversitas seperti:
a.       Ladang berpindah yang menyebabkan merusak struktur tanah juga memusnahkan berbagai macam tanaman.
b.      Intensifikasi pertanian (pemupukan, penggunaaninsectisida, atau pestisida dan mechanism pertanian) menyebabkan rusaknya tanah.
c.       Penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang unggul menyebabkan terdesaknya hewan lokal.
d.      Perburuan liar dan penangkapan ikan secara tidak tepat dan tanpa kenal batas yang memusnahkan berbagai jenis hewan dan ikan.
e.       Penebangan liar, lading perpindahan, pembukaan hutan,dan kegiatan manusia yang menyebabkan kerusakan hutan, yang menyebabkan  kerusakan habitat jenis hewan.
f.       Industrialisasi selain mengurangi areal hutan juga mengakibatkanpolusi yang berakibat berkurangnya jenis hewan dan tumbuhan.
g.      Akibat kerusakan lingkungan menyebabkan bencana alam yang akan merusakkan bahkan memusnahkan ekosistem dan habitat makhluk hidup
h.      Rusaknya lingkungan menyebabkan kelangkaan habitat makhluk hidup dan merubah habitat makhluk hidup dan terjadi kelangkaan.
i.        Kerusakan hutan dan banyaknya polusi menyebabkan terjadinya hujan asam bahkan kerusakan lapisan ozon sehingga suhu bumi semakin panas.
j.        Eutrofikasi mempunyai dampak yang buruk bagi ekosistem air, diantaranya
Sebagai berikut :
·                  Anoxia (tidak tersedianya oksigen) yang dapat membunuh ikan dan invertrebata lain yang juga dapat memicu terlepasnya gas-gas berbahaya yang tidak diinginkan
·                     Algal blooms dan tidak terkontrolnya pertumbuhan dari tumbuhan akutaik yang lain
·                     Produksi substansi beracun oleh beberapas pesies blue-green algae
·                     Konsentrasi tinggi bahan-bahan organic yang jika dicegah dengan menggunakan klorin akan dapat menyebabkan terciptanya bahan-bahan karsinogen yang dapat menyebabkan kanker.
·                     Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk karena berkurangnya kejernihan air.
·                     Terbatasnya akses untuk memancing dan aktivitas berekreasi disebabkan terakumulasinya tumbuhan air di danau atau waduk.
Banyak hal yang mempengaruhi biodiversitas yang disebabkan oleh manusia, bahkan adanya ancaman tersebut disebabkan oleh manusia sendiri yang tidak bias menjaga lingkunganya, hanya mementingkan hasil dari alam tanpa memikirkan keadaan alam tersebut.Padahalalam yang sudah rusak bahkan bias menjadi bencana pada manusia yang dapat menyebabkan kerugian.















DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Lapisan_ozon
http://www.anakunhas.com/2011/03/dampak-dan-kerugian-penebangan-hutan-secara-liar.html
http://www.anakunhas.com/2011/03/dampak-dan-kerugian-penebangan-hutan-secara-liar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar