ANCAMAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Dosen pengampu:
Drs.Agus Susanto,M.Si
Di
susun oleh :
Riris Prabowo BayuAji (1051600021)
Agus Dwi Prasetyo (1051600007)
Fitia Asmaul M (1051600034)
Rina Dwi Hastuti (1051600012)
Tika Arsita Sari (1051600013)
Nanda Paramudita (1051600033)
Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Pendidikan Biologi
Tahun
201I
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..
1.1 LATAR BELAKANG
1.2
RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT…………………………………………………………………..
1.4 MANFAAT DAN PENELITIAN……………………………………………………………..
BAB
II
2.1 DASAR TEORI………………………………………………………………………………
BAB
III
3.1 METODE IPA………………………………………………………………………………….
3.2 ALAT DAN
BAHAN………………………………………………………………………
3.3 TABEL
PENGAMATAN………………………………………………………………………
A.TABEL
PENGAMATAN BURUNG
B.TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU
DAN HUTAN POHON KARET…………………………………………………………………
C.
TABEL PENGAMATAN TUMBUHAN DI HUTAN JATI DUKUH……………………….
D. KETERANGAN
………………………………………………………………………….
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
...........................................................................
4.1
HASIL PENGAMATAN……………………………………………………………………….
A. PENGAMATAN
STASIUN 1 (Tempat Lereng Gunung Lawu
)…………………………….
B. PENGAMATAN STASIUN II
(Tempat Jati Dukuh
)….……………………………………..
C. PENGAMATAN STASIUN III ( Tempat Pohon
karet )………………………………………..
4.2 PEMBAHASAN
……………………………………………………………………….
A.STASIUN 1 LERENG BARAT GUNUNG LAWU……………………………………………
B.
STASIUN 2 HUTAN JATI DUKUN………………………………………………………….
C.
STASIUN 3 KEBUN KARET…………………………………………………………………
KLASIFIKASI TUMBUHAN DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU………………………..
KLASIFIKASI
TUMUHAN DI HUTAN JATI DUKUH …………………………………………
KLASIFIKASI
BURUNG DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU DAN,
HUTAN
JATI DUKUH DAN HUTAN POHON KARET………………………………………
BAB V
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Bumi makin panas. Itulah kenyataan yang dihadapi
oleh masyarakat modern
saat
ini. Pemanasan global dianggap oleh banyak ilmuwan sebagai masalah utama yang
dihadapi oleh kehidupan di bumi. Walaupun diketahui bahwa bumi secara alami
mengalami efek rumah kaca, apa yang menjadi keprihatinan adalah
perubahan-perubahan antropogenik terhadap komposisi dan jumlah gas rumah kaca
(GRK) di atmosfer. Perubahan-perubahan yang bersumber dari kegiatan manusia ini
secara urn urn dikenal dengan istilah pemanasan global. IPCC dalam laporannya
tahun 2001 menyimpulkan bahwa suhu permukaan bumi selama abad ke-20 telah
meningkat rata-rata 0,6 ± 0,2 °C. Angka ini 0,15 °C lebih besar dibanding angka
dalam laporan IPCC sebelumnya yang mencakup periode sampai tahun 1994. Hal ini
terjadi karena suhu yang relatif tinggi pada tahun-tahun tambahan 1995 sampai
2000. Peningkatan ini penting artinya karena peningkatan yang kelihatan kecil
ini bisa terkait dengan perubahan besar dalam iklim. Sebagai contoh berakhirnya
zaman es terakhir sejalan dengan peningkatan suhu sebesar 2°C. Kalau
kecenderungan pemanasan tersebut terus berlanjut, akan terjadi perubahan serius
dalam iklim dunia. Pemanasan global mempunyai banyak potensi dampak negatif di
sampingjuga beberapa dampak positif. Secara regional dampak nyata akan terjadi
pada pertanian tetapi penelitian yang ada belum dapat menyimpulkan secara pasti
apakah secara keseluruhan pertanian global akan menderita penurunan potensi
produksi atau peningkatan. Sumber daya air akan terpengaruh dan perubahan iklim
yang kecil sekalipun.

PENDAHULUAN
Bumi makin panas. Itulah kenyataan yang
dihadapi oleh masyarakat modern saat
ini. Pemanasan global dianggap oleh banyak ilmuwan sebagai masalah utama yang
dihadapi oleh kehidupan di bumi. Walaupun diketahui bahwa bumi secara alami
mengalami efek rumah kaca, apa yang menjadi keprihatinan adalah
perubahan-perubahan antropogenik terhadap komposisi dan jumlah gas rumah kaca
(GRK) di atmosfer. Perubahan-perubahan yang bersumber dari kegiatan manusia ini
secara urn urn dikenal dengan istilah pemanasan global. IPCC dalam laporannya
tahun 2001 menyimpulkan bahwa suhu permukaan bumi selama abad ke-20 telah
meningkat rata-rata 0,6 ± 0,2 °C. Angka ini 0,15 °C lebih besar dibanding angka
dalam laporan IPCC sebelumnya yang mencakup periode sampai tahun 1994. Hal ini
terjadi karena suhu yang relatif tinggi pada tahun-tahun tambahan 1995 sampai
2000. Peningkatan ini penting artinya karena peningkatan yang kelihatan kecil
ini bisa terkait dengan perubahan besar dalam iklim. Sebagai contoh berakhirnya
zaman es terakhir sejalan dengan peningkatan suhu sebesar 2°C. Kalau
kecenderungan pemanasan tersebut terus berlanjut, akan terjadi perubahan serius
dalam iklim dunia. Pemanasan global mempunyai banyak potensi dampak negatif di
sampingjuga beberapa dampak positif. Secara regional dampak nyata akan terjadi
pada pertanian tetapi penelitian yang ada belum dapat menyimpulkan secara pasti
apakah secara keseluruhan pertanian global akan menderita penurunan potensi produksi
atau peningkatan. Sumber daya air akan terpengaruh dan perubahan iklim yang
kecil sekalipun.
1.1.
LATAR BELAKANG
Segala kehidupan di bumi merupakan bagian dari
sistem jagad raya yang saling bergantung. Komponen hayati dan non hayati
membentuk keanekaragaman hayati (biodiversity)
yang meliputi keanekaragaman genetik, spesies, ekosistem dan keanekaragaman
budaya manusia. Keseluruhan kekayaan hayati ini adalah produk beratus juta
tahun sejarah evolusi (WRI, IUCN dan UNEP, 1995). Keanekaragaman hayati merupakan modal
pembangunan yang penting karena karakternya sebagai sumber daya alam yang dapat
diperbarui. Semakin beraneka ragam gen, spesies dan ekosistem, maka semakin
kokoh daya dukung lingkungan. Semakin kokoh daya dukung lingkungan maka semakin
stabil ia menyangga perikehidupan manusia.
Peradaban manusia memodifikasi lingkungan lokal
dengan cara menemukan, memakai, mengubah, membudidayakan, menyeleksi dan
menangkar berbagai jenis tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Penyusutan dan
punahnya keanekaragaman hayati melaju terus akibat negatif pembangunan yang
kurang memperhatikan pelestarian lingkungan (Salim, 1995). Semakin lama,
kualitas lingkungan hidup manusia cenderung semakin menurun. Manusia lebih
banyak menghasilkan sampah dan pencemaran, kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan hidup daripada mendatangkan perbaikan. Penurunan keanekaragaman
hayati terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang merusak habitat
(konversi lahan tidak sesuai daya dukung, penggundulan hutan, intensifikasi
pertanian, pencemaran), mengeksploitasi dan mengubah kekayaan hayati berlebihan
(sistem pertanian monokultur), introduksi spesies eksotik, lemahnya aturan dan
penegakan hukum, rendahnya kesadaran dan komitmen. Sebenarnya, upaya
pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan sejak dahulu kala oleh nenek
moyang kita. Kearifan tradisional mereka telah melengkapi kekayaan budaya
masyarakat Jawa Timur, namun seringkali kurang mendapat penghargaan dan
perhatian. Sementara itu, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu
memenuhi kebutuhan dan tuntutan jaman, bahkan belum memadai untuk melindungi,
mengkaji dan menggali potensi yang dimiliki secara optimal dan lestari.
Penelitian tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilakukan
menghasilkan informasi yang terserak di berbagai tempat. Belum ada sistem
informasi dan lembaga yang mengkoordinir pengelolaan dan pemanfaatan data
secara baik.
Di masa yang akan datang, dunia sangat membutuhkan
bahan baru untuk obat, varietas/ras tanaman/ternak, bahan baku industri,
sandang, bangunan dan pelestarian keseimbangan alam. Disadari atau tidak,
keberlanjutan kehidupan dan kesejahteraan manusia sangat bergantung pada
kearifannya mengelola keanekaragaman hayati. Jadi pembangunan dapat saja
berpusat pada manusia, namun konservasi keanekaragaman hayati merupakan faktor
penentu (Salim, 1995). Instansi terkait langsung atau tidak langsung dan
seluruh masyarakat berkepentingan dalam pemenfaatan keanekaragaman hayati. Oleh
karena itu pemerintah dan seluruh masyarakat diharapkan aktif dalam konservasi
keanekaragaman hayati. Komitmen dan kesadaran akan pentingnya keanekaragaman
hayati belum sepenuhnya dituangkan dalam kebijakan pemerintah daerah. Komitmen
tersebut seharusnya mewarnai perencanaan strategis guna mendukung keberhasilan
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan keanekaragaman hayati Jawa Timur perlu
disusun. Penegakan konsep pelestarian yang komprehensif dapat mengurangi
perbedaan kepentingan di antara pihak pengguna dan pelindung keanekaragaman
hayati.
1.2.RUMUSAN
MASALAH
Memperlakukan keanekaragaman
hayatisekitarnya. Misalnya, punahnyasifat-sifat kearifan penduduk lokal
terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Oleh karena itu, pengelolaan keanekaragaman hayati yang holistik, berkelanjutan dan
berkeadilansosial bagisegenap warga masyarakat, sungguh diperlukan untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati.
1.3.TUJUAN
DAN MANFAAT
Berdasarkan pada kemantapan analisis potensi keanekaragaman
hayati yang dimiliki, permasalahan penyusutan keanekaragaman hayati maupun
tantangan yang dihadapi, maka konservasi keanekaragaman hayati harus mengacu
pada tujuan dan kepentingan pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan konservasi
tersebut adalah :
1.
Meningkatkan kesadaran
dan komitmen masyarakat akan pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati bagi
generasi sekarang dan yang akan datang
2.
Mewujudkan komitmen
tersebut dalam perencanaan strategis dan kebijakan pemerintah daerah guna
mendukung keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
3.
Mendorong seluruh
lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam menghargai, melindungi dan
melestarikan keanekaragaman hayati yang ada
4.
Mendorong masyarakat
untuk secara swadaya melakukan pengkajian dan pemanfaatan potensi
keanekaragaman hayati guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kualitas
hidup mereka
5.
Menghindarkan konflik
kepentingan dalam pengelolaan keanekaragaman hayati melalui kerjasama yang
harmonis dan terintegrasi
A.
PERUSAKAN
HABITAT

kerusakan
habitat sebagai akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi
penduduk dan kegiatan Manusia. Seperti halnya kasus local dusun Pengekahan di
daerah Lampung Barat, perubahan tata guna lahan akan terus menjadi factor utama
yang mempengaruhi SDA. Ancaman genting terhadap habitat utama yang memiliki
pengaruh besar keberadaan Spesies adalah pertanian (38%), Pembangunan Komersial
(35%), Proyek Air (30%), reaksi alam terbuka (27%), Pengembalaan Ternak (22%),
Polusi (20%), Infrastruktur dan jalan (17%), Gangguan kebakaran alami (13%),
dan penebanganan pohon (12%).
Secara sederhana habitat merupakan
tempat hidup mahkluk hidup, dimana mahkluk hidup tersebut melakukan segala
aktifitasnya seperti mencari makan, tidur bersarang dan lainnya. Kerusakan
habitat dari suatu jenis mahkluk hidup dapat mengakibatkan kepunahan dari jenis
mahkluk hidup tersebut. Selain kerusakan habitat, perubahan habitat juga
merupakan ancaman bagi kepunahan dari jenis mahkluk hidup.
Tipe dari habitat itu sendiri sangat
beragam antara lain berupa hutan, mangrove, sawah, laut, padang rumput dan
sebagainya. Dari berbagai tipe habitat tersebut, hutan yang paling banyak
mengalami kerusakan dan perubahan fungsi, dengan membuka pertambangan di dalam
hutan, perkebunan hingga industri. Dengan begitu satwa-satwa yang hidup di
dalam hutan hanya mempunyai dua pilihan, pindah atau mati. Bagi satwa yang
tidak mampu beradaptasi dengan habitat yang sudah berubah maka akan mati,
tetapi bagi habitat yang berpindah pun harus beradaptasi dengan habitat barunya
dan tentu saja satwa tersebut terus dikejar oleh aktifitas manusia lainnya.
Jadi penyebab utama rusaknya habitat adalah manusia. Untuk membuka hutan
menjadi lahan perkebunan atau pertanian banyak dari manusia yang membakar
hutan, padahal kebakaran hutan baik yang disengaja atau tidak disengaja dapat
memusnahkan berbagai jenis tumbuhan, dan asapnya pun mengakibatkan polusi
udara.
Dari pertambangan, maka adanya
pembukaan jalan untuk aktifitas sehingga mengkibatkan fragmentasi habitat yang
menghalangi penyebaran dan kolonisasi satwa. Dengan kerusakan dan perubahan
habitat inilah maka banyak satwa yang mengalami penurunan jumlahnya yang
berujung pada kepunahan. Walaupun ada beberapa jenis satwa yang mampu beradaptasi
dengan habitat barunya tetapi tetap saja terjadi penurunan jumlah populasi
berbagai jenis satwa. Selain penurunan populasi, satwa cacat sebelum lahir
dapat terjadi akibat pengaruh polusi. Dengan begitu penyebab terbesar untuk
kepunhanan bagi satwa yaitu rusaknya habitat bagi satwa tersebut.
B. PERUBAHAN
IKLIM SECARA GELOBAL
Secara alami karbondiosida (CO²), gas metana (CH4),
dan gas – gas lainnya dalam jumlah kecil di atmosfer dapat meneruskan cahaya
matahari sehingga menghangatksn permukaan bumi. Uap air dan gas – gas tersebut
dalam bentuk awan, menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi.
Pengeluaran panas dari bumi keangkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas
rumah kaca karena fungsinya yang sama dengan rumah kaca. Dampak yang sama terjadi
dengan di bumi. jika rumah kaca bertambah drastic bisa menimbulkan Dampak
negative terhadap daratan serapan panas surya yang berlebihan dan memacu panas
perut bumi bergejolak takterkendali sehingga dapat menciptakan bencana alam
seperti gempa tektonik, desertifikasi lahan, pencairan gunung es yang akhirnya
menambah debit air di bumi secara drastic, perubahan dataran akibat tekanan
panas dari permukaan dan dasar bumi. Sedangkan dampak pada lingkungan
laut, penyempitan daratan yang tertutup es dikutub utara dan antartica, proses
ini akan terus bertambah dengan cepat dan akan menambah ketinggian permukaan
laut setinggi 9-88cm sehingga dapat membanjiri komunitas pesisir
ang posisinya lebih rendah atau low lying islands. Hasil penelitian Fred Pearce
(2002), disimpulkan bahwa 10% es yang menyelimuti bumi telah mencair sejak
tahun 1960, sementara ketebalan es dikutub utara telah mengalami pencairan es
salju sebanyak 42% dalam 40 tahun terakhir. Peningkatan debit air dilaut dan
perubahan suhunya dapat menjadi ancaman bagi terumbu karang dan ganggang yang
hidup simbiotik. Dan ini masih terus berlangsung sampai dengan sekarang. Di
India kematian massal trumbu sudah mencapai 70%, di Indonesia sudah mengalami
proses pemutihan karang sebesar 30%, dikepulauan seribu sudah mencapai 90 – 95
% trumbu karang hingga kedalaman 25m mengalami kematian, hal ini dapat
mendorong biota – biota laut akan bermigrasi. Dampak luas pemanasan global,
perubahan iklim dapat merubah komunitas biologi secara radikal dan menekan
angka populasi dari spesies. Yang akhirnya kawasan yang dilindungipun tidak
dapat menyandang atau menyelamatkan spesies critically endangered. Salah
satu solusi dari habitat spesies adalah dibentuknya kawasan perlindungan yang
cocok dan baru, rute – rute migrasi yang potensial seperti lembah dan sungai di
utara dan selatan, sangat perlu diidentifikasi lebih dini dan dilindungi.
Solusi kedua adalah penangkaran spesies dengan membuat habitat imitasi dengan
mencontoh habitat asli spesies tersebut.
a.
Perubahan iklim
Suhu Udara Naik 1 ºC
·
Beberapa gletser kecil di Andes menghilang seluruhnya dan mengancam
persediaan air bagi 50 juta orang
·
Kenaikan moderat hasil panen sereal di wilayah beriklim sedang
·
Setidaknya 300.000 orang setiap tahunnya meninggal
karena penyakit akibat perubahan iklim (terutama diare, malaria, dan kekurangan
gizi), akan tetapi ada pengurangan angka kematian pada saat musim dingin di
wilayah yang lebih tinggi (Eropa Utara, AS)
·
Lapisan es di belahan bumi utara mencair dan menyebabkan kerusakan
jalan-jalan dan bangunan-bangunan di sebagian Kanada dan Rusia
·
Setidaknya 10% spesies darat akan punah, 80% terumbu
karang rusak, termasuk Terumbu Karang Great Barrier terbesar di dunia yang
terletak di timur laut Australia
·
Arus Teluk melemah
Suhu Udara Naik 2 ºC
·
Air menyusut sebesar 20–30% di beberapa wilayah yang
rentan, seperti Afrika bagian Selatan dan Mediterania
·
Hasil panen merosot tajam di wilayah-wilayah tropis (5-10% di Afrika)
·
40-60 juta lebih orang menderita malaria di
Afrika
·
Sekitar 10 juta orang lebih menderita banjir setiap
tahunnya
·
15-40% spesies terancam punah; spesies Kutub Utara, misal
beruang kutub dan karibau, kemungkinan besar bisa punah
·
Lapisan es Greenland mulai mencair tak terkendali
Suhu Udara Naik 3 ºC
·
Di Eropa Selatan, kekeringan hebat terjadi sekali setiap 10 tahun; 1-4
miliar orang lebih menderita kekurangan air, sementara 1-5
miliar orang di tempat lain menderita banjir
·
150-550 juta orang kelaparan
·
1-3 juta orang lebih mati karena kekurangan
gizi; penyakit seperti malaria tersebar luas ke wilayah-wilayah baru
·
1-170 juta lebih orang di pesisir pantai
menderita banjir
·
20-50% spesies terancam punah, termasuk di sini, 25-60%
mamalia, 30-40% burung, dan 15-70% kupu-kupu di Afrika Selatan; hancurnya Hutan
Amazon
·
Bencana akibat cuaca yang berubah semakin meningkat, runtuhnya Lapisan
Es Antartika Barat
Suhu Udara Naik 4 ºC
·
Persediaan air menyusut 30-50% di Afrika bagian Selatan
dan Mediterania
·
Suhu udara yang bertambah panas menyebabkan lenyapnya gletser-gletser
Himalaya dan mempengaruhi jutaan orang di China dan India
·
Panen merosot 15-35% di Afrika dan di seluruh lumbung
produksi pangan dunia (misalnya di sebagian Australia)
·
80 juta orang lebih menderita malaria di Afrika
·
7-300 juta orang lebih di pesisir pantai
menderita banjir setiap tahunnya.
·
Lenyapnya separuh wilayah tundra di Kutub Utara; hutan hujan Amazon
mati; menyusutnya lapisan es menyebabkan naiknya air laut setinggi 7
meter
Suhu Udara Naik Di Atas 5
ºC
Bukti
terbaru menunjukkan bahwa rata-rata suhu Bumi akan naik lebih dari 5 atau 6ºC
bila emisi gas rumah kaca terus bertambah dan menimbulkan bahaya besar
pelepasan karbon dioksida dari permukaan tanah dan pelepasan metana dari
lapisan es di Kutub Utara maupun dari dasar laut. Kenaikan suhu udara global
ini akan setara dengan pemanasan global yang pernah terjadi pada Zaman Es
terakhir dan, bila suhu Bumi sampai memanas 6ºC, dampaknya di luar perkiraan
manusia. Kiamatkah? Silakan Anda sendiri yang menjawabnya
Akhir-akhir
ini kita sering mendengar berita tentang musibah bencana alam, seperti banjir,
tanah longsor, badai salju, bencana kekeringan, dan lain sebagainya. Pada
awalnya saya berpikir, mengapa bencana alam sekarang ini cenderung meningkat
dari waktu-kewaktu? Sebenarnya saya sendiri kurang yakin juga jika bencana alam
itu hanya banyak terjadi akhir-akhir ini, besar kemungkinan bencana alam juga
sering terjadi dimasa lampau cuma kita saja yang tidak mengetahuinya, hal itu
terbukti dari banyak cerita tentang kehancuran bumi dimasa lalu akibat bencana
alam.
Bencana
alam yang sering terjadi akhir-akhir ini apakah hanya terjadi disekitar kita
(Indonesia)? Ternyata tidak juga, karena berdasarkan berita-berita dari
negara-negara di dunia, mereka juga tidak luput dari bencana alam yang melanda
negerinya. Lantas ada fenomena apa sebenarnya mengapa akhir-akhir ini banyak
terjadi bencana alam dari seluruh dunia itu?
1.
Fenomena
Perubahan Iklim
Pada
awal kehidupan manusia masalah bencana dan perubahan iklim mungkin saja belum
begitu berperan dalam kehidupan manusia awal, kecuali pada masa-masa ekstrim
seperti perubahan jaman es, dan sebagainya. Namun, setelah memasuki abad-abad
terakhir, sebagian aktivitas manusia di bumi telah membuat planet ini kian
panas.
Jika
kita lihat kebelakang maka fenomena pemanasan global bisa dikatakan berawal
sejak revolusi industri, tingkat karbon dioksida meningkat tajam diudara.
Sebelum masa industri, aktivitas manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah
kaca penyebab pemanasan global. dan perubahan iklim Namun dengan adanya
pertumbuhan jumlah penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan
penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfir bertambah
banyak dan menyumbang pemanasan global.
2.
Perubahan Iklim di Indonesia
Indonesia
mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaannya,
sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat
tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim
(muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.
Ketiga jenis iklim
tersebut adalah:
a.
Iklim Musim (Iklim
Muson)
Iklim
jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap
periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan.
Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat)
dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar
bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan.
Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang
sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim
kering/kemarau.
b.
Iklim
Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada
di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara
Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas
sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan
Naik Tropika.
c.
Iklim Laut
Indonesia yang
merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan
penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Jika kita cermati
unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah
hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama,
diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal.
c. Hubungan
Perubahan Iklim Terhadap Bencana Alam di Indonesia
Menurut
beberapa sumber, iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20.
Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 ˚C sejak 1900 dengan suhu
tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan
tahun terhangat, hampir 1 ˚C di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan
kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan
telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan
pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan
musim terbasah dalam setahun.
Curah
hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino
dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam
tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998. Lalu muncul pertanyaan, adakah
hubungan antara bencana di Indonesia terkait dengan aktivitas global semacam
pemanasan global serta El Nino? Jika ada, apa implikasinya terhadap bencana
ekologi dan manajemen sumber daya air kita?
Banjir
dan kekeringan pada dasarnya terkait dengan kemampuan alam dan manusia
mengelola ketersediaan air di Bumi. Banjir terjadi karena jumlah air hujan yang
turun di daratan dalam intensitas berlebihan pada saat alam tidak mampu
menampung. Kemudian dalam skala lokal intensitas curah hujan yang amat ekstrem
dalam waktu lama akan menjadi penyebab banjir besar dan longsor di banyak
tempat. Sementara itu, kekeringan terjadi karena jumlah hujan yang turun tidak
mencukupi kebutuhan kehidupan. Kemudian ketersediaan air yang kian terbatas
akan meningkatkan kompetisi untuk mendapatkan dan tidak jarang menimbulkan
konflik dalam pemanfaatan.
Jika
kita melihat dalam skala lebih luas, peningkatan suhu secara global menyebabkan
terjadinya percepatan pelelehan lapisan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan
sekaligus terjadinya pencairan dan penipisan lapisan gunung-gunung es di dunia.
Dilain pihak kemarau panjang yang disebabkan fenomena El Nino yang memengaruhi
siklus hidrologi lokal dan regional akan menyebabkan kian kritisnya
ketersediaan air untuk menopang kebutuhan 6,5 miliar penduduk Bumi saat ini.
d.
Peranan Negara-Negara di Dunia
Peranan
negara-negara di dunia dapat kita bagi menjadi 2, yaitu peran negatif dan peran
positif.
Saya mengistilahkan
peran negatif karena negara-negara di dunia sekarang ini pasti terlibat dalam
menyumbang kerusakan ekosistem yang berdampak pada perubahan iklim, walaupun
mungkin takarannya berbeda.
Kemudian
peran yang kedua yaitu peran positif, hal itu terlihat dari adanya alternatif solusi
dalam mengatasi masalah perubahan iklim global yang terus dilakukan oleh
negara-negara di dunia, khususnya oleh negara-negara industri sebagai
penyumbang gas karbon terbesar didunia yang sangat mencemari lingkungan serta
berdampak luas pada perubahan iklim. Sedangkan untuk negara miskin dan
berkembang, terutama yang memiliki hutan sebagai paru-paru dunia mendapatkan
tugas untuk merawat hutannya, tentunya dengan kompensasi dari negara-negara
industri.
Inovasi
pengembangan teknologi yang mampu memecahkan masalah secara simultan merupakan
salah satu pilihan yang harus dilakukan untuk menyelamatkan masa depan kita
bersama. Untuk itu, perlu dikembangkan kerjasama semua pihak, baik dari negara
maju maupun negara berkembang untuk menangani masalah perubahan iklim yang
berdampak terhadap bencana global.
e.
Adaptasi dan Mitigasi Bencana Perubahan Iklim
Kenapa
adaptasi dan mitigasi saya masukkan dalam artikel pengaruh perubahan iklim
ini? Mungkin kita semua bisa mencermati bahwa keduanya (adaptasi dan
mitigasi) saat ini menjadi penting karena menyangkut strategi menghadapi
perubahan iklim. Ini bisa dikatakan sebagai solusi yang paling mudah dilakukan
oleh masing-masing dari kita untuk ikut menekan pengaruh perubahan iklim.
Mitigasi
dalam hal ini sering diartikan sebagai pengurangan. Sedangkan adaptasi (adaptation)
artinya penyesuaian diri. Melalui mitigasi, usaha yang dapat dilakukan adalah
mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya. Gunanya agar laju pemanasan
itu melambat. Kemudian pada saat bersamaan, dapat dilakukan persiapan diri
untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan ditemukan
suatu titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia.
Salah
satu alternatif solusi, dalam skala kecil, mitigasi bisa berupa gerakan cinta
lingkungan seperti pengelolaan sampah, bike to work, mengurangi
penggunaan plastik, menggunakan AC yang non CFC, hemat energi dan lain
sebagainya. Sedangkan beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan penataan
lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, daur ulang sampah, dan
lain-lain, sehingga harapannya Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Konservasi Alam itu tidak berdampak pada bencana yang lebih buruk,
atau minimal dapat menekan bencana agar tidak semakin merusak kehidupan
manusia.
C.
POLUSI LINGKUNGAN
Polusi atau pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang
atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Macam-macam Pencemaran
Macam-macam pencemaran dapat dibedakan
berdasarkan pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat
pencemaran.
a.
Menurut tempat terjadinya Menurut tempat terjadinya, pencemaran
dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
1.
Pencemaran udara
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut.
·
Gas HzS. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,
bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
·
Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak
berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam
udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-
ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di
bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas.
Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah
kaca.
berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam
udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-
ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di
bumi dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas.
Pemanasan global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah
kaca.
·
Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel cair
membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat
mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur,
virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat
mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur,
virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan.
·
Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan meng-
hasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta
oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini
membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang
disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan,
perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
hasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida ber$ama dengan udara serta
oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur. Asam ini
membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan yang
disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan pada
manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan pernapasan,
perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi
udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif, misalnya, nuklir. Setelah
peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam atmosfer dan jatuh di umi.
materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah, air, hewan, tumbuhan, dan
juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir terhadap makhluk hidup, dalam taraf
tertentu, dapat menyebabkan mutasi, berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan
bahkan kematian.
Pencemaran udara dinyatakan
dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per m3 udara.
2. Pencemaran air
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut.
·
Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan
sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan
industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun.
sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan
industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat
racun.
·
Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan 02 di air
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
berkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
·
Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanian
terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral
yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis
karena sinar matahari terhalang.
terakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral
yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (Blooming
alga). Akibatnya, tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis
karena sinar matahari terhalang.
Salah satu bahan pencemar
di laut ada lah tumpahan minyak bumi, akibat kecelakaan kapal tanker minyak
yang sering terjadi. Banyak organisme akuatik yang mati atau keracunan
karenanya. (Untuk membersihkan kawasan tercemar diperlukan koordinasi dari
berbagai pihak dan dibutuhkan biaya yang mahal. Bila terlambat
penanggulangan-nya, kerugian manusia semakin banyak. Secara ekologis, dapat
mengganggu ekosistem laut.
Bila terjadi pencemaran di
air, maka terjadi akumulasi zat pencemar pada tubuh organisme air. Akumulasi
pencemar ini semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar.
3. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa jenis pencemaran berikut ini :
·
sampah-sampah pla.stik yang sukar hancur, botol, karet sintesis,
pecahan kaca, dan kaleng
pecahan kaca, dan kaleng
·
detergen yang bersifat non bio degradable (secara alami sulit
diuraikan)
diuraikan)
·
zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.
4. Polusi suara
·
Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal
terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga
mengganggu pendengaran.
·
Menurut macam bahan pencemar
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut:
Macam bahan pencemar adalah sebagai berikut:
Ø Kimiawi; berupa zat radio
aktif, logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi),
pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
pupuk anorganik, pestisida, detergen dan minyak.
Ø Biologi; berupa
mikroorganisme, misalnya Escherichia coli, Entamoeba
coli, dan Salmonella thyposa.
coli, dan Salmonella thyposa.
Ø Fisik; berupa kaleng-kaleng, botol, plastik,
dan karet.
b.
Menurut tingkat pencemaran
Menurut WHO, tingkat
pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak.
Tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
a. Pencemaran yang mulai
mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada
panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang
menyebabkan mata pedih.
panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang
menyebabkan mata pedih.
b. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi
pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa)
di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi
cacat.
menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg (air raksa)
di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi
cacat.
c. Pencemaran yang kadar
zat-zat pencemarnya demikian besarnya
sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam
lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam
lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir.
2. Parameter Pencemaran
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :
Dengan mengetahui beberapa parameter yang ads pads daerah/kawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Paramaterparameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah sebagai berikut :
a. Parameter kimia
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam
berat.
Parameter kimia meliputi C02, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-logam
berat.
b. Parameter biokimia
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu
jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan
menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya
selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan
untuk mengukur banyaknya pencemar organik.
Parameter biokimia meliputi BOD (Biochemical Oxygen Demand), yaitu
jumlah oksigen dalam air. Cars pengukurannya adalah dengan
menyimpan sampel air yang telah diketahui kandungan oksigennya
selama 5 hari. Kemudian kadar oksigennya diukur lagi. BOD digunakan
untuk mengukur banyaknya pencemar organik.
Menurut menteri kesehatan,
kandungan oksigen dalam air minum atau BOD tidak boleh kurang dari 3 ppm.
c. Parameter fisik
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
Parameter fisik meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan, dan radioaktivitas.
d. Parameter biologi
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.
Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.
Delapan
Korban Polusi
Berikut
dipaparkan delapan korban akibat perusakan lingkungan oleh perusahaan, yaitu:
1.
Polusi Udara
Masyarakat
Prancis menganggap bahwa cerobong asap yang banyak terdapat di
sana mencerminkan suatu hal yang positif, karna menjadi simbol produktifitas kerja
masyrakatnya. Orang – orang prancis kurang memikirkan resiko lingkungan yang besar
akibat dari cerobong – cerobong asap itu, dan banyak negara – negara yang kurang setuju
dengan pandangan masyarakat prancis tersebut.
sana mencerminkan suatu hal yang positif, karna menjadi simbol produktifitas kerja
masyrakatnya. Orang – orang prancis kurang memikirkan resiko lingkungan yang besar
akibat dari cerobong – cerobong asap itu, dan banyak negara – negara yang kurang setuju
dengan pandangan masyarakat prancis tersebut.
2. Pembuangan Limbah Padat
Terdapat banyak sekali
resiko di tempat pembuangan limbah padat ini, di
antaranya tempat pembuangan sampah. Daerah tempat pembuangan sampah sangat
beresiko tinggi menjadi tempat sumber penyakit, selain resiko adanya gas beracun. Dan
tentu saja penanggulangan sampah ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik di saat
sekarang maupun masa yang akan datang.Dari sisi perusahaan, tentu saja perusahaan
yang bijaksana akan mencoba untuk mengurangi atau mengganti bahan baku mereka
dengan bahan baku yang ramah lingkungan. Dalam hal mendaur ulang bisa jadi biaya
produksinya (termasuk biaya sosial) akan lebih mahal jika di bandingkan dengan
memproses dari awal dengan menggunakan bahan baku tertentu. Contoh: pemrosesan
daur ulang gelas plastik tidak akan mengurangi polusi pabrik.
antaranya tempat pembuangan sampah. Daerah tempat pembuangan sampah sangat
beresiko tinggi menjadi tempat sumber penyakit, selain resiko adanya gas beracun. Dan
tentu saja penanggulangan sampah ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik di saat
sekarang maupun masa yang akan datang.Dari sisi perusahaan, tentu saja perusahaan
yang bijaksana akan mencoba untuk mengurangi atau mengganti bahan baku mereka
dengan bahan baku yang ramah lingkungan. Dalam hal mendaur ulang bisa jadi biaya
produksinya (termasuk biaya sosial) akan lebih mahal jika di bandingkan dengan
memproses dari awal dengan menggunakan bahan baku tertentu. Contoh: pemrosesan
daur ulang gelas plastik tidak akan mengurangi polusi pabrik.
3.
Penggunaan Bahan Beracun
Jika tidak ditangani secara
seksama, bahan – bahan yang beracun tidak saja dapat
membahayakan para tenaga kerja, bahan ini juga dapat masuk kedalam air dan
membunuh ikan, dan selanjutnya akan memasuki rantai makanan. Bagi perusahaan yang
memproduksi bahan beracun akan menambah besar resiko yang di hadapi oleh bagian
produksi, karena dapat saja secara langsung dan tidak langsung para pekerja mendapat
penyakit yang mematikan, seperti kanker, paru – paru, dan sebagainya, sehingga jika di
tinjau dari segi financial pun akan berdampak pada berkurangnya keuntungan bagi
perusahaan.
membahayakan para tenaga kerja, bahan ini juga dapat masuk kedalam air dan
membunuh ikan, dan selanjutnya akan memasuki rantai makanan. Bagi perusahaan yang
memproduksi bahan beracun akan menambah besar resiko yang di hadapi oleh bagian
produksi, karena dapat saja secara langsung dan tidak langsung para pekerja mendapat
penyakit yang mematikan, seperti kanker, paru – paru, dan sebagainya, sehingga jika di
tinjau dari segi financial pun akan berdampak pada berkurangnya keuntungan bagi
perusahaan.
4.
Pemakaian Energi Cerobong – cerobong asap pabrik
secara kasat mata dapat
mencerminkanseberapa besar energi yang dipakai untuk proses produksinya,
walaupun bukan berartiperusahaan yang tidak memiliki cerobong asap menggunakan
energi yang lebih sedikit.
Pemakaian energi yang
banyak dan menghasilkan polusi merupakan sasaran untuk di
protes oleh pecinta lingkungan. Seiring dengan naiknya biaya energi, hendaknya
perusahaan dapat mengkaji kembali tingkat efisiensi pemakaian energi mereka,
pemakaian alat pendingin, pencahayaan ruangan, dan penggunaan lift merupakan contoh
di mana efisiensi pemakaian energi dapat di lakukan.
protes oleh pecinta lingkungan. Seiring dengan naiknya biaya energi, hendaknya
perusahaan dapat mengkaji kembali tingkat efisiensi pemakaian energi mereka,
pemakaian alat pendingin, pencahayaan ruangan, dan penggunaan lift merupakan contoh
di mana efisiensi pemakaian energi dapat di lakukan.
5. Kerusakan Alam
Perusahaan pertambangan
atau penghancuran batu, Pengembang, perusahaan
konstruksi atau bahkan pasar swalayan sekalipun mungkin di bangun di daerah hijau
(Greenfield). Hal yang sama berlaku juga bagi perusahaan petrokimia pada saat mereka
melakukan penelitian. Kilang minyak dan gas bumipun demikian, akibatnya terjadi
kerusakan alam. Untuk meminimalkan terjadinya kerusakan alam, hendaknya perusahaan
– perusahaan berlokasi pada daerah yang secara lingkungan disebut daerah coklat
(brownfield). Walaupun untuk kasus swalayan misalnya orang – orang akan kurang suka
berbelanja pada daerah coklat (brownfield) tersebut.
konstruksi atau bahkan pasar swalayan sekalipun mungkin di bangun di daerah hijau
(Greenfield). Hal yang sama berlaku juga bagi perusahaan petrokimia pada saat mereka
melakukan penelitian. Kilang minyak dan gas bumipun demikian, akibatnya terjadi
kerusakan alam. Untuk meminimalkan terjadinya kerusakan alam, hendaknya perusahaan
– perusahaan berlokasi pada daerah yang secara lingkungan disebut daerah coklat
(brownfield). Walaupun untuk kasus swalayan misalnya orang – orang akan kurang suka
berbelanja pada daerah coklat (brownfield) tersebut.
6. Menggunakan Bahan Tidak
Tahan Lama Dan Sukar Didapat
Penebangan kayu di hutan
dan batu – batuan yang di gali dan di hancurkan telah
berakibat pada munculnya biaya lingkungan. Petugas konversi dapat dengan mudah
mencirikan perusahaan yang menggunakan bahan – bahan yang sukar didapat itu sebagai
perusahaan perusak lingkungan. Jika perusahaan menggunakan bahan pengganti maka
perusahaan dapat terhindar dari gugatan hukum dan pemboikotan dari pihak tertentu.
berakibat pada munculnya biaya lingkungan. Petugas konversi dapat dengan mudah
mencirikan perusahaan yang menggunakan bahan – bahan yang sukar didapat itu sebagai
perusahaan perusak lingkungan. Jika perusahaan menggunakan bahan pengganti maka
perusahaan dapat terhindar dari gugatan hukum dan pemboikotan dari pihak tertentu.
7. Lahan Yang Terkontaminasi
Sebelum membeli atau
memiliki lahan, hendaknya banyak hal yang perlu
dipelajari, seperti kualitas lahan. Sebagai contoh, pada saat pengembang proyek
perumahan yang bernama mounleigh membeli sebidang tanah dari British steel, ternyata
setelah di teliti tanah tersebut telah terkontaminasi. Akibatnya lokasi perumahan tersebut
tidak laku di jual dan pengembang itupun bangkrut.
dipelajari, seperti kualitas lahan. Sebagai contoh, pada saat pengembang proyek
perumahan yang bernama mounleigh membeli sebidang tanah dari British steel, ternyata
setelah di teliti tanah tersebut telah terkontaminasi. Akibatnya lokasi perumahan tersebut
tidak laku di jual dan pengembang itupun bangkrut.
D.
PENGURANGAN LAPIASN OZON
Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer pada ketinggian 19 - 48 km (12 - 30
mil) di atas permukaan Bumi yang mengandung molekul-molekul ozon. Konsentrasi ozon di lapisan ini mencapai 10 ppm dan terbentuk akibat
pengaruh sinar ultraviolet Matahari terhadap molekul-molekul oksigen. Peristiwa ini telah terjadi sejak
berjuta-juta tahun yang lalu, tetapi campuran molekul-molekul nitrogen yang
muncul di atmosfer menjaga konsentrasi ozon relatif stabil.
Ozon adalah gas
beracun sehingga bila berada dekat permukaan tanah akan berbahaya bila terhisap
dan dapat merusak paru-paru. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer
melindungi kehidupan di Bumi karena ia melindunginya dari radiasi sinar
ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker. Oleh karena itu, para ilmuwan sangat khawatir ketika
mereka menemukan bahwa bahan kimia kloro fluoro karbon (CFC) yang biasa digunakan sebagai media pendingin dan
gas pendorong spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan ini. Bila
dilepas ke atmosfer, zat yang mengandung klorin ini akan dipecah oleh sinar
Matahari yang menyebabkan klorin dapat bereaksi dan menghancurkan molekul-molekul
ozon. Setiap satu molekul CFC mampu menghancurkan hingga 100.000 molekul ozon.
Oleh karena itu, penggunaan CFC dalam aerosol dilarang di Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia.
Bahan-bahan kimia lain seperti bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan ozon.
Menipisnya
lapisan ozon dalam atmosfer bagian atas diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya
penyakit kanker kulit dan katarak pada manusia, merusak tanaman pangan
tertentu, memengaruhi plankton yang akan berakibat pada rantai makanan di laut, dan meningkatnya
karbondioksida (lihat pemanasan global) akibat berkurangnya tanaman dan
plankton. Sebaliknya, terlalu banyak ozon di bagian bawah atmosfer membantu
terjadinya kabut campur asap, yang berkaitan dengan iritasi saluran pernapasan
dan penyakit pernapasan akut bagi mereka yang menderita masalah kardiopulmoner.
Lubang Ozon
Pada awal tahun
1980-an, para peneliti yang bekerja di Antartika mendeteksi hilangnya ozon secara
periodik di atas benua tersebut. Keadaan yang dinamakan lubang ozon (suatu area
ozon tipis pada lapisan ozon) ini, terbentuk saat musim semi di Antartika dan berlanjut selama
beberapa bulan sebelum menebal kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon
pada ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa persentase
ozon secara keseluruhan di Antartika sebenarnya terus menurun.
Penerbangan-penerbangan yang dilakukan untuk meneliti hal ini juga memberikan
hasil yang sama.
Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih
banyak sinar radiasi ultra ungu memasuki bumi. Radiasi ultra ungu ini dapat
membuat efek pada kesehatan manusia, memusnahkan kehidupan laut, ekosistem,
mengurangi hasil pertanian dan hutan. Efek utama pada manusia adalah
peningkatan penyakit kanker kulit karena selain itu dapat merusak mata termasuk
kataraks dan juga mungkin akan melemahkan sistem imunisasi badan.
Pada bidang pertanian, penerimaan sinar ultra
violet pada tanaman dapat memusnahkan hasil tanaman utama dunia. Hasil kajian
menunjukkan hasil tanaman seperti 'barli' dan 'oat' menunjukkan penurunan
karena penerimaan sinar radiasi yang semakin tinggi. Tanaman diperkirakan akan
mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan akan cenderung kerdil, sehingga
merusak hasil panen dan hutan-hutan yang ada. Radiasi penuh ini juga dapat
mematikan anak-anak ikan, kepiting dan udang di lautan, serta mengurangi jumlah
plankton yang menjadi salah satu sumber makanan kebanyakan hewan-hewan laut.
Kerusakan lapisan ozon juga memiliki pengaruh
langsung pada pemanasan bumi yang sering disebut sebagai "efek rumah
kaca". Usaha-usaha untuk mencegah penipisan ozon menjadi mulai dilakukan
bersama oleh semua negara di dunia. Usaha itu pun telah di galakkan secara
serius melalui UNEP (United Nation Environment Programme) salah satu organisasi
PBB yang bergerak dibidang program perlindungan lingkungan dan alam.
Pada tahun 1977 lagi, UNEP telah mengambil
tindakan Perancangan Dunia terhadap lapisan ozon dan dalam tahun 1987, dibuat
satu kesepakatan dunia mengenai pengurangan pengeluaran bahan yang menyebabkan
lapisan ozon telah ditandatangani yaitu 'Protokol Montreal'. Protokol ini di
antaranya menghasilkan tindakan-tindakan dalam mengawal penghasilan dan
pembebasan CFC ke dalam alam sekitar.
Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius masalah ini dan berupaya untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan ozon di alam ini dengan cara meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat mempertipis ozon agar generasi yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang masih baik.
Oleh karena itu, kita semua harus memandang serius masalah ini dan berupaya untuk mencegah atau meminimalkan penipisan lapisan ozon di alam ini dengan cara meminimalkan penggunaan bahan-bahan yang dapat mempertipis ozon agar generasi yang akan datang dapat mewarisi alam sekitar yang masih baik.
E.
HUJAN ASAM
Beberapa Dampak Hujan
Asam terhadap: Danau, Tumbuhan, Hewan dan Manusia) –
Terjadinya
hujan asam harus diwaspadai karena
dampak yang ditimbulkan bersifat global dan dapat menggangu keseimbangan
ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun
juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
Dampak Hujan asam Terhadap Danau
Dampak Hujan asam Terhadap Danau
Kelebihan
zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan.
Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati
akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah
5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan
oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada
keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan
menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat
membantu menetralkan keasaman.
Dampak Hujan Asam Terhadap
Tumbuhan dan Hewan
Hujan
asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah
akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk
tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan
bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh
tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran,
selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan mati. Seperti
halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan asam
dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.
Pencemaran
udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan
pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar
kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya
tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian
pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon
menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.
Penurunan
pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium
dari tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis
sehingga penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan
air dan hara serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan
hidup pada daerah tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa
spesies. Ini juga berarti bahwa keragaman hayati tamanan juga semakin menurun
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan
noda putih atau coklat pada permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Dari analisis daun yang terkena deposisi asam
menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah
satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh
pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun
meyebabkan pencucian magnesium di daun
Sebagaimana
tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam.
Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat
karena sifat hewan mikroskopis adalah
sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies
hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin
sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena
air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
Dampak Hujan Asam Terhadap
Manusia
Dampak
deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti,
namun belum ada yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara
khususnya oleh senyawa Nox dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan
banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor
kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang
berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.
Berdasarkan
hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat
bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus
suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan
menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko
terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung
dengan kulit.
Korosi
Hujan asam
juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu
kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius
juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam
dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan
kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin
banyak akan merusak batuan.
F. EUTROFIKASI
Eutrofikasi
merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat
(PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi
dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang
berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi
total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya,
eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan
secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan
proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini,
oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari
dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun
saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir
ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.
Akibat
eutrofikasi
Kondisi
eutrofik sangat memungkinkan alga,
tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat
(blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang
memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau
tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok
yang bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau juga disebabkan fosfat yang sangat
berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat
menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol,
menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa
tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya
dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem
air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui
mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan.
Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika,
rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang
tidak sedikit untuk mengatasinya.
Sejarah pengetahuan tentang
eutrofikasi
Problem
eutrofikasi baru disadari pada dekade awal abad ke-20 saat alga banyak tumbuh
di danau-danau dan ekosistem
air lainnya. Problem ini disinyalir akibat langsung dari aliran limbah
domestik. Hingga saat itu belum diketahui secara pasti unsur kimiawi yang
sesungguhnya berperan besar dalam munculnya eutrofikasi ini.
Melalui
penelitian jangka panjang pada berbagai danau kecil dan besar, para peneliti
akhirnya bisa menyimpulkan bahwa fosfor merupakan elemen kunci di antara
nutrient utama tanaman (karbon (C), nitrogen (N), dan fosfor (P)) di dalam
proses eutrofikasi.
Sebuah
percobaan berskala besar yang pernah dilakukan pada tahun 1968
terhadap Danau Erie
(ELA Lake 226) di Amerika Serikat membuktikan bahwa bagian danau yang hanya
ditambahkan karbon dan nitrogen
tidak mengalami fenomena algal bloom selama delapan tahun pengamatan.
Sebaliknya, bagian danau lainnya yang ditambahkan fosfor (dalam bentuk senyawa
fosfat)-di samping karbon dan nitrogen-terbukti nyata mengalami algal bloom.
Menyadari
bahwa senyawa fosfatlah yang menjadi penyebab terjadinya eutrofikasi, maka
perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup
semakin meningkat terhadap permasalahan ini. Ada kelompok yang condong memilih
cara-cara penanggulangan melalui pengolahan limbah cair yang mengandung fosfat,
seperti detergen dan limbah manusia, ada juga kelompok yang secara tegas
melarang keberadaan fosfor dalam detergen. Program miliaran dollar pernah
dicanangkan lewat institusi St Lawrence Great Lakes Basin di AS untuk
mengontrol keberadaan fosfat dalam ekosistem air. Sebagai implementasinya,
lahirlah peraturan perundangan yang mengatur pembatasan penggunaan fosfat,
pembuangan limbah fosfat dari rumah tangga dan permukiman. Upaya untuk
menyubstitusi pemakaian fosfat dalam detergen
juga menjadi bagian dari program tersebut.
Penanganan
eutrofikasi
Dewasa
ini persoalan eutrofikasi tidak hanya dikaji secara lokal dan temporal, tetapi
juga menjadi persoalan global yang rumit untuk diatasi sehingga menuntut
perhatian serius banyak pihak secara terus-menerus. Eutrofikasi merupakan
contoh kasus dari problem yang menuntut pendekatan lintas disiplin ilmu dan
lintas sektoral.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan penanggulangan terhadap problem ini sulit
membuahkan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut adalah aktivitas
peternakan yang intensif dan hemat lahan, konsumsi bahan kimiawi yang
mengandung unsur fosfat yang berlebihan, pertumbuhan penduduk Bumi yang semakin
cepat, urbanisasi yang semakin tinggi, dan lepasnya senyawa kimia fosfat yang
telah lama terakumulasi dalam sedimen menuju badan air.
Lalu
apa solusi yang mungkin diambil? Menurut Forsberg, yang utama adalah dibutuhkan
kebijakan yang kuat untuk mengontrol pertumbuhan penduduk (birth control).
Karena apa? Karena sejalan dengan populasi warga Bumi yang terus meningkat,
berarti akan meningkat pula kontribusi bagi lepasnya fosfat ke lingkungan air
dari sumber-sumber yang disebutkan di atas. Pemerintah juga harus mendorong
para pengusaha agar produk detergen tidak lagi mengandung fosfat. Begitu pula
produk makanan dan minuman diusahakan juga tidak mengandung bahan aditif
fosfat. Di samping itu, dituntut pula peran pemerintah di sektor pertanian agar
penggunaan pupuk fosfat tidak berlebihan, serta perannya dalam pengelolaan
sektor peternakan yang bisa mencegah lebih banyaknya lagi fosfat lepas ke
lingkungan air. Bagi masyarakat dianjurkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi
makanan dan minuman yang mengandung aditif fosfat.
Di
negara-negara maju masyarakat yang sudah memiliki kesadaran lingkungan (green
consumers) hanya membeli produk kebutuhan rumah sehari-hari yang
mencantumkan label "phosphate free" atau "environmentally
friendly".
Negara-negara
maju telah menjadikan problem eutrofikasi sebagai agenda lingkungan hidup yang
harus ditangani secara serius. Sebagai contoh, Australia sudah mempunyai
program yang disebut The National Eutrophication Management Program, yang
didirikan untuk mengoordinasi, mendanai, dan menyosialisasi aktivitas riset
mengenai masalah ini. AS memiliki organisasi seperti North American Lake
Management Society yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian danau
melalui aktivitas sains, manajemen, edukasi, dan advokasi.
Selain
itu, mereka masih mempunyai American Society of Limnology and Oceanography yang
menaruh bidang kajian pada aquatic sciences dengan tujuan menerapkan hasil
pengetahuan di bidang ini untuk mengidentifikasi dan mencari solusi
permasalahan yang diakibatkan oleh hubungan antara manusia dengan lingkungan.
Negara-negara
di kawasan Eropa juga memiliki komite khusus dengan nama Scientific Committee
on Phosphates in Europe yang memberlakukan The Urban Waste Water Treatment
Directive 91/271 yang berfungsi untuk menangani problem fosfat dari limbah cair
dan cara penanggulangannya. Mereka juga memiliki jurnal ilmiah European Water
Pollution Control, di samping Environmental Protection Agency (EPA) yang
memberlakukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap pencemaran lingkungan.
Eutrofikasi mempunyai
dampak yang buruk bagi ekosistem air, diantaranya
sebagai berikut :
Ø Anoxia
(tidak tersedianya oksigen) yang dapat membunuh ikan dan invertrebata lain yang
juga dapat memicu terlepasnya gas-gas berbahaya yang tidak diinginkan
Ø Algal
blooms dan tidak terkontrolnya pertumbuhan dari tumbuhan akutaik
yang
lain
Ø Produksi
substansi beracun oleh beberapa spesies blue-green algae
Ø Konsentrasi
tinggi bahan-bahan organic yang jika dicegah dengan menggunakan klorin akan
dapat menyebabkan terciptanya bahan-bahan karsinogen yang dapat menyebabkan
kanker
Ø Pengurangan
nilai keindahan dari danau atau waduk karena berkurangnya
kejernihan
air
Ø Terbatasnya
akses untuk memancing dan aktivitas berekreasi disebabkan terakumulasinya
tumbuhan air di danau atau waduk
G. REKAYASA GENETIKA
Setelah 30 tahun
Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism
(GMO), lebih dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam
laporan ISP. Di antaranya:
1.
Tidak
ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20
persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di
India gagal sampai 100 persen.
2.
Tidak
ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman
rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika
Serikat.
3.
Tanaman
rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian
Kerajaan Inggris.
4.
pestisida
dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa genetik
terbesar praktis tidak bermanfaat.
5.
Area
hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin,
sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena
adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India,
meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah
meninggal dalam waktu setahun.
6.
Pangan
dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di
lapangan dan di dalam tes laboratorium.
7.
Herbisida roundup mematikan katak, meracuni
plasenta manusia dan sel embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua
tanaman rekayasa genetik yang ditanam di seluruh dunia.
8.
Kontaminasi
transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan tanaman
rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.
Dampak
Introduksi spesies Asing
spesies
invasif mempunyai beberapa macam definisi, yaitu (1) non-indigenous species
atau spesies asing yang menyebabkan habitat diinvasi dan dapat merugikan baik
secara ekonomis, lingkungan maupun ekologis; (2) native dan non-native
species, spesies yang mengkoloni secara berat habitat tertentu; dan (3) widespread
non-indigenous species, spesies yang mengekspansi suatu habitat. Jadi
spesies invasif mencakup spesies asing (eksotik) dan spesies asli yang tumbuh
di habitat alaminya.
Karakter
spesies invasif antara lain: tumbuh cepat, reproduksi cepat, kemampuan menyebar
tinggi, toleransi yang lebar terhadap kondisi lingkungan, kemampuan untuk hidup
dengan jenis makan yang beragam, reproduksi aseksual, dan berasosiasi dengan
manusia.
Spesies
asing invasif adalah spesies-spesies flora maupun fauna, termasuk
mikroorganisma yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat karena
tidak mempunyai musuh alami, sehingga menjadi gulma, hama dan penyakit pada
spesies-spesies asli.
Introduksi Spesies Asing
Menurut
definisi International Union for Conservation of Natural Resources/IUCN
seperti dikutip KLH (2002), introduksi adalah suatu pergerakan oleh kegiatan
manusia, berupa spesies, subspesies atau organisme pada tingkatan takson yang
lebih rendah, keluar dari tempat asalnya. Pergerakan atau perpindahan ini
dapat terjadi di dalam negara atau antar Negara.
Introduksi dilakukan oleh
manusia karena beberapa alasan :
- Aspek ekonomi (bisnis). Introduksi hewan dan tanaman hias merupakan bisnis yang besar. Kecenderungan manusia untuk menyukai sesuatu yang bersifat lain, unik ataupun aneh menyebabkan manusia mengintroduksi hewan atau tanaman yang belum pernah dilihat atau disaksikan
- Memenuhi kebutuhan makanan. Berbagai hewan (ternak), termasuk ikan yang diintroduksi oleh manusia dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan makanan. Dari sekian spesies hewan dan tanaman, dipilih spesies-spesies yang memiliki pertumbuhan cepat dan mampu beradaptasi dengan cepat dalam lingkungan barunya, mudah diangkut dan dipindahkan dan mengandung unsur gizi yang besar.
- Memanipulasi ekosistem. Hal ini dilakukan pada kasus introduksi musuh alami suatu organisme pengganggu.
Pemasukan,
penyebaran dan penggunaan berbagai spesies asing baik yang dilakukan secara
sengaja maupun tidak disengaja yang kemudian menjadi invasif telah menyebabkan
kerugian ekologi dan ekonomi yang cukup besar. Kerugian berupa kerusakan
lingkungan akibat invasi spesies asng umumnya sangat sulit untuk dipulihkan
lagi, karena berkaitan dengan makhluk hidup yang mampu melakukan adaptasi,
tumbuh dan berkembang. Kepunahan suatu spesies organisme lokal merupakan
suatu spesies kerusakan yang tidak dapat diperbaharui.
Beberapa
spesies dan varitas baru yang secara teknis, ekonomis, sosial dan ekologis
diperlukan dan secara nyata telah memberikan kontribusi positif bagi
kesejahteraan masyarakat. Namun, banyak spesies asing yang sebenarnya
dapat berdampak buruk bagi ekosistem asli.
Hama,
gulma dan penyakit yang muncul dari introduksi spesies asing invasif ini
menurunkan hasil panen, menjadi pesaing pada spesies-spesies tanaman dan ternak
komoditas, dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Perangkat Peraturan dan
Hukum untuk Pengendalian Spesies Invasif
Spesies
asing invasif menjadi ancaman penting bagi keanekaragaman hayati. Oleh
karena itu di dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati yang telah diratifikasi
Indonesia dengan UU No.5 Tahun 1994 secara khusus pada pasal 8(h) memberikan
amanat agar setiap negara wajib sejauh mungkin menghindari introduksi spesies
asing invasif, melakukan pengendalian dan pemusnahan spesies asing invasif
tersebut yang akan menimbulkan dampak lingkungan dan kerusakan keanekaragaman
hayati asli.
Selanjutnya
pada Konferensi Para Pihak ke empat Konvensi Keanekaragaman Hayati (COP IV CBD)
pada tahun 1998 di Bratislava telah mengamanatkan pada para Pihak untuk
mengembangkan upaya pendidikan, pelatihan dan penyadaran masyarakat secara
efektif dan sekaligus mengembangkan program kampanye dan penyebaran informasi
mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan permasalahan pengendalian spesies
asing, termasuk pengkajian dan pengelolaan dampak yang mungkin timbul akibat
introduksi spesies asing.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Banyakkegitan-kegiatAn manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan mempengaruhi biodiversitas, Karena kegiatan manusia cenderung mengubah keadaan ekosistem yang telah ada bahkan membuat kerusakan terhadap ekosistem tersebut.Padahal ekosistem tersebut yang menyebabkan adanya keanekaragaman flora dan fauna.
Sehingga terjadi ancaman terhadap biodiversitas seperti:
a.
Ladang
berpindah yang menyebabkan merusak struktur tanah juga memusnahkan berbagai macam
tanaman.
b.
Intensifikasi
pertanian (pemupukan, penggunaaninsectisida, atau pestisida dan mechanism pertanian)
menyebabkan rusaknya tanah.
c.
Penemuan
bibit tanaman dan hewan baru yang unggul menyebabkan terdesaknya hewan lokal.
d.
Perburuan
liar dan penangkapan ikan secara tidak tepat dan tanpa kenal batas yang
memusnahkan berbagai jenis hewan dan ikan.
e.
Penebangan
liar, lading perpindahan, pembukaan hutan,dan kegiatan manusia yang menyebabkan
kerusakan hutan, yang menyebabkan
kerusakan habitat jenis hewan.
f.
Industrialisasi
selain mengurangi areal hutan juga mengakibatkanpolusi yang berakibat berkurangnya
jenis hewan dan tumbuhan.
g.
Akibat
kerusakan lingkungan menyebabkan bencana alam yang akan merusakkan bahkan memusnahkan
ekosistem dan habitat makhluk hidup
h.
Rusaknya
lingkungan menyebabkan kelangkaan habitat makhluk hidup dan merubah habitat
makhluk hidup dan terjadi kelangkaan.
i.
Kerusakan
hutan dan banyaknya polusi menyebabkan terjadinya hujan asam bahkan kerusakan
lapisan ozon sehingga suhu bumi semakin panas.
j.
Eutrofikasi mempunyai dampak yang buruk bagi ekosistem
air, diantaranya
Sebagai berikut :
·
Anoxia (tidak tersedianya oksigen) yang dapat
membunuh ikan dan invertrebata lain yang juga dapat memicu terlepasnya gas-gas
berbahaya yang tidak diinginkan
·
Algal blooms dan tidak terkontrolnya pertumbuhan
dari tumbuhan akutaik yang lain
·
Produksi substansi beracun oleh beberapas pesies
blue-green algae
·
Konsentrasi tinggi bahan-bahan organic yang
jika dicegah dengan menggunakan klorin akan dapat menyebabkan terciptanya bahan-bahan
karsinogen yang dapat menyebabkan kanker.
·
Pengurangan nilai keindahan dari danau atau waduk
karena berkurangnya kejernihan air.
·
Terbatasnya akses untuk memancing dan aktivitas
berekreasi disebabkan terakumulasinya tumbuhan air di danau atau waduk.
Banyak hal yang mempengaruhi biodiversitas yang
disebabkan oleh manusia, bahkan adanya ancaman tersebut disebabkan oleh manusia sendiri yang tidak bias menjaga lingkunganya, hanya mementingkan hasil dari alam tanpa memikirkan keadaan alam tersebut.Padahalalam yang
sudah rusak bahkan bias menjadi bencana pada manusia yang dapat menyebabkan kerugian.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.anakunhas.com/2011/03/dampak-dan-kerugian-penebangan-hutan-secara-liar.html
http://www.anakunhas.com/2011/03/dampak-dan-kerugian-penebangan-hutan-secara-liar.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar